Corona di Indonesia
Hasilnya Tak Selalu Akurat, Organisasi Dokter Sarankan Rapid Test Tidak Dijadikan Syarat Perjalanan
Menurut Ketua Umum PP PDS PatKlin, Prof Dr dr Aryati, rapid test memilik sensitivitas maupun spesifikasi yang rendah.
TRIBUN-BALI.COM - Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKlin) mengusulkan agar syarat perjalanan orang dalam masa Pandemi Covid-19 tidak lagi menggunakan hasil rapid test.
Menurut Ketua Umum PP PDS PatKlin, Prof Dr dr Aryati, rapid test memilik sensitivitas maupun spesifikasi yang rendah.
"Bisa saja hasil rapid test menunjukkan negatif palsu kalau sensitivitasnya tidak tinggi. Jadi hasilnya non reaktif padahal sesungguhnya kalau PCR mungkin positif. Sehingga tidak ada jaminan kalau dia non reaktif itu bebas dari Covid-19," kata Aryati, Senin (20/7/2020).
Atau sebaliknya, bisa saja hasil rapid test-nya reaktif sehingga tidak diperbolehkan untuk berangkat padahal bisa saja jika dilakukan test PCR (Polymerase Chain Reaction) hasilnya negatif.
• Terkendala Anggaran, Pengerjaan Dermaga Cruise di Tanah Ampo Karangasem Dihentikan Sementara
• Tunggu Rekomendasi dari Demokrat, Gerindra, dan PPP, Suardana Sebut Pasangan Tamba-Ipat Belum Final
• Belum Ada Usulan Rekomendasi Tamba-Ipat dari DPC, Gerindra Buka Peluang Bangun Poros Ketiga
"Ini sangat merugikan calon penumpang," lanjutnya.
Menurut Aryati, calon penumpang harus mempunyai bukti test PCR yang hasilnya keluar hari itu juga.
"Tapi kalau kita lihat di lapangan, hasil tesnya ini bisa keluar baru 2 minggu sampai 3 minggu bahkan 1 bulan kemudian," ujarnya.
Hal tersebut menurut Aryati bisa membahayakan calon penumpang lain karena walaupun hasilnya negatif, hasil tersebut tidak mencerminkan kondisi calon penumpang pada hari itu juga.
"Bisa saja selama menunggu hasil PCR itu dia tertular," ucapnya.
Jika hasilnya positif pun dia bukan positif pada tanggal tersebut, karena mengambil Saliva nya sudah seminggu yang lalu.
Aryati menyarankan agar pemerintah melakukan penjajakan pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler) dengan sampel swab atau saliva di stasiun atau bandara sesaat sebelum calon penumpang melakukan perjalanan.
"Kalau PCR keluar hari itu juga tidak apa-apa, tapi kan kenyataan di lapangannya lama maka saya menyarankan TCM," lanjutnya.
Jika TCM tidak bisa, maka alternatif lainnya adalah dengan rapid test antigen.
"Rapid Test antigen ini sudah ada, cuma memang lebih mahal sedikit dibandingkan rapid test yang antibodi tapi memang lebih akurat untuk mendeteksi Covid-19," lanjutnya.
• Tuntut Uang Kembali, Forum Korban SGB Kembali Gelar Aksi
• Eksekutif dan Legislatif Tabanan Sepakati Dua Ranperda
• Sumber Mata Air Disalahgunakan, Warga Desa Les dan Penuktukan Buleleng Krisis Air Bersih
Selain TCM dan rapid test antigeb, PDS PatKlin juga menyarankan agar calon penumpang dilakukan pengukuran suhu tubuh, pengukuran saturasi oksigen menggunakan Fingertip Pulse Oximeter serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat selama perjalanan.
"Sirkulasi udara yang bersih dalam kendaraan, kereta api, dan pesawat udara juga harus dijaga," pungkasnya.(*)