Dipercaya sebagai Titisan Siluman, Buaya Raksasa Ini Dipotong Kepalanya & Dikubur via Ritual Khusus
Kendati sudah mati, warga setempat meyakini jika buaya raksasa tersebut harus dikuburkan dengan ritual khusus.
"Pantangannya kalau mandi di sungai dak boleh mandi (hanya) pakai sempak (celana dalam), tapi harus pakai celana (celana pendek)," kata Mang Ademi menyebut pantangan pertama agar terhindar pada terkaman buaya.
Pantangan kedua, siapa saja yang berada di aliran Sungai Kayubesi, tidak boleh sesumbar atau sombong seolah paling hebat.
Sebab kesombongan akan membuat penghuni sungai marah.
"Dak boleh berlagak jadi dukun, tidak boleh sombong takabur (di sungai), itu pantangan," katanya.
Pantangan ketiga, siapapun tidak boleh menebar pancing (rawai atau tajur) yang dibiarkan berlama-lama di tepi sungai.
Sebab mata pancing yang tajam menjadi ancaman bagi buaya.
"Rawai atau pancing tidak boleh ditinggal di pinggir sungai. Boleh mancing tapi jangan pasang pancing (tajur) dibiarkan di pinggir sungai.
Masalahnya jorang (buaya) takut matanya kena mata pancing. Sehingga buaya mengganggu, itu menurut kepercayaan," imbaunya.
Pantang keempat, para pemancing ikan atau udang, sebaiknya tidak menggunakan umpan yang aneh-aneh.
Sebab keberadaan umpan pancing yang tidak lazim, membuat buaya mengeluarkan energi negatif.
"Tidak boleh mancing pakai umpan ikan air laut," katanya.
Pantangan yang kelima, jangan pernah mempermainkan buaya agar predator buas ini tak menyimpan rasa dendam.
"Karena tempohari ada oknum aparat saya lihat mancing (buaya) main-main pakai umpan bebek. Begitu saya datangi dia (oknum) lari, itu tidak boleh karena bikin buaya kesal," kata Ademi seraya menyebut pantangan ke enam agar masyarakat tidak membuang bangkai ayam atau usus ke aliran sungai agar tak memancing kemunculan buaya.
Sementara itu saat ditanya apakah ada gangguan gaib ketika Mang Ademi akan turun memancing buaya pemangsa manusia di sungai ini?
Ayah delapan anak, empat cucu yang "ditokohkan" warga itu mengakuinya.