Geliat Zine di Denpasar, Jadi Media Pergerakan Maupun Alat untuk Mengekspresikan Diri

Bahkan zine ini kini menjadi media pergerakan di Bali untuk menyuarakan beberapa aspirasi pembuat atau kelompok tertentu.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Wema Satya Dinata
Foto Rai Astrawan
Beberapa contoh zine yang dicetak dengan mesin fotocopy 

“Dulu zine digunakan sebagai media informasi setara dengan majalah. Namun saat ini zine dilirik untuk berkegiatan dalam seni sastra. Zine dulu dijadikan salah satu media untuk menyebarkan informasi yang sifatnya kelompok. Sebagai media untuk protes.

Dan memang zine itu hadir semacam melawan sesuatu yang tidak bisa diakomodir media mainstream, bisa diakomodasi oleh zine. Beda dengan sekarang yang mungkin lebih untuk mengekspresikan diri dengan tulisan, gambar foto dan yang lainnya,” kata pengasuh zine Pemantjar ini.

Setiap tahunnya di Denpasar lewat perkumpulan Denpasar Kolektif diadakan Bali Zine Festival.

Beragam informasi yang dicetak lewat zine akan banyak dijumpai pada festival tersebut.

Kertas-kertas zine dipajang, digantung ataupun disusun di rak.

“Tapi karena situasinya seperti ini kami tidak bisa gelar festival. Jadinya ya tunda dulu. Siapa tau akhir tahun nanti bisa mereda, jadi bisa digelar. Sementara kami buat diskusi-diskusi kecil terkait zine lewat virtual saja,” katanya.

Zine biasanya berukuran lebih kecil dibandingkan majalah pada umumnya yakni kurang dari A5.

Zine bisa dipublikasikan oleh perorangan tanpa harus melewati proses publikasi yang rumit.

Dalam satu zine biasanya menggunakan satu topik atau tema tertentu dan dibuat dengan metode DIY (Do It Yourself).

Mengingat zine bisa diproduksi sendiri, cara publish-nya cukup menggunakan mesin fotocopy.

 Bisa diterbitkan secara periodik maupun tidak. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved