LPD Sukawati Tanggung Biaya 4 Siswa Kurang Mampu
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Sukawati, Gianyar, menjadi salah satu lembaga perkreditan milik desa adat yang benar-benar merealisasikan marwah LPD
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Sukawati, Gianyar, menjadi salah satu lembaga perkreditan milik desa adat yang benar-benar merealisasikan marwah LPD sebagai lembaga yang meringankan beban masyarakat.
Tidak hanya berperan di bidang adat, LPD yang mulai bangkit dari keterpurukan tahun 2016 ini pun melebarkan perannya di bidang sosial.
Yakni, memberikan beasiswa tiga tahun untuk siswa SMP kurang mampu.
Program ini sudah berlangsung dari 2019.
Sampai saat ini, LPD Sukawati telah menanggung beban biaya sekolah empat anak dari kurang mampu, yang berasal dari desa setempat.
Di tahun pertama program ini berjalan, LPD Sukawati menanggung biaya sekolah untuk dua anak, dan tahun 2020 ini ditambah lagi empat anak.
• Pamor Desa Wisata Belum Terlihat, Desa Sidan Gianyar Kembangkan Wisata Peninggalan Bali Kuno
• Terungkap, Fisik Kim Kurniawan Lebih Muda 5 Tahun dari Umur Aslinya
• PHK dan Karyawan Dirumahkan Marak di Tengah Pendemi, Ratusan Pekerja Pariwisata Mengadu ke DPRD Bali
Ke empat anak tersebut, Ni Wayan Aristya Khirani asal Banjar Babakan, Ni Kadek Ayu Mulianingsih asal Banjar Gelumpang, I Komang Bugik Arimbawa asal Banjar Tebuana dan Pande Komang Oki Saputra asal Banjar Dlodpangkung.
Keempatnya dibantu biaya beasiswa selama 3 tahun hingga lulus SMP.
Ketua LPD Sukawati, Putu Pande Gede Wirawan, Kamis (27/8/2020) mengatakan, program ini sudah dijalankan sejak Juli 2019.
Namun karena keterbatasan anggaran, saat itu, pihaknya hanya bisa menanggung dua orang siswa.
Meski demikian, pihaknya terus berupaya agar setiap tahun bisa menanggung beban hidup masyarakat, karena itu di tahun 2020 ini ada dua siswa lagi yang dibiayai oleh LPD Sukawati.
“Astungkara kami tahun ini ada enam siswa yang ditanggung beasiswa dari LPD Sukawati,” ujarnya.
• Berlari di Taman atau Rumah Sendiri, Bali Pink Ribbon Walk & Fun Run 2020 Gelar Event secara Virtual
• Tantang China, Menteri Pertahanan AS: Kami Tak Akan Mundur Sedikitpun dari Pasifik
• Promo Indomaret 27 Agustus 2020, Promo Super Hemat Popok Bayi, Deterjen, hingga Produk Kecantikan
Dia menjelaskan, kriteria penerima beasiswa adalah siswa SMP Widyasuara yang masuk kategori kurang mampu.
Sebab yayasan LPD tersebut merupakan milik Desa Adat Sukawati.
Prioritas adalah krama Desa Adat Sukawati.
Ternyata setelah diprogramkan, kata dia, banyak masyarakat yang mengajukan beasiswa.
Namun karena keterbatasan anggaran maka terpaksa pihaknya melakukan seleksi.
"Ada pengajuan enam calon anak asuh sesuai data dari sekolah. Karena kemampuan kami masih terbatas, kami seleksi dengan datang langsung ke rumah calon penerima," ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, besaran beasiswa yang dikucurkan untuk program ini, sekitar Rp 700 ribu per siswa per tahun.
• Uangnya Harus Dibelanjakan, BPJamsostek Harapkan Bantuan Subsidi Upah Mampu Gerakkan Ekonomi
• Ngotot Main Golf di Lapangan Lumintang Saat Petugas Bersih-bersih, Seorang Pria Didatangi Satpol PP
• Fakta dan Mitos Seputar MPASI yang Perlu Diketahui Ibu
Namun, setiap nominal bantuan bisa berbeda, tergantung besaran iuran SPP di sekolah.
"Tahun ini besaran SPP Rp 127 ribu per siswa per semester. Itu tinggal dikalikan enam semester, kami dari LPD bayarkan full sejak awal tahun ajaran."
"LPD menyesuaikan. Jadi tidak dipatok berapa tanggungan biaya per siswa," ungkapnya.
Terkait dari mana pos anggaran LPD Sukawati yang diambil untuk membiayai program tersebut, Wirawan mengatakan, dana tersebut diambil dari dana promosi dan pemasaran LPD Sukawati.
Dia berharap ke depan, LPD Sukawati bisa semakin berperan dalam membantu perekonomian masyarakatnya, terutama dalam pembiayaan pendidikan warga kurang mampu.
Kepada penerima beasiswa, pihaknya berharap bisa belajar dengan giat sehingga berhasil mencapai cita-cita di masa mendatang.
"Semoga bantuan dari LPD Sukawati bermanfaat dan anak asuh kelak menjadi sukses," harapnya.
Para siswa ini, kata dia, orangtuanya bekerja sebagai buruh, mulai dari buruh bangunan, buruh perak hingga menjadi penjual jahitan, yang pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (*)