Kemegahan Setra Agung Desa Adat Kubu, Mencirikan Kewibaan Sang Raja, Telan Dana Rp 1,2 Miliar

Sesuai sejarah yang termuat dalam ilikita (monografi) desa, Setra Agung Desa Kubu merupakan paica (pemberian) Ida Murdaning Jagat atau Raja Bangli

Tribun Bali
RSIGANA - Suasana upacara Pemlaspasan dan Rsigana di Setra Agung Desa Kubu, Bangli. Kamis (27/8) siang 

“Setra Rare digunakan untuk mengebumikan bayi, sementara Setra Ilang-ilangan untuk mengebumikan masyarakat terlantar dan tidak ada yang mengakui. Hal ini mengingat di wilayah Kubu dulunya sempat menjadi kawasan Rumah Sakit Jiwa. Karena terdiri dari empat bagian, oleh sebab itu setra ini disebut Setra Agung,” jelasnya.

Pembangunan Setra Agung Desa Kubu dimulai tahun 1996 ketika ada lomba desa adat. Mulanya pada setra tersebut hanya terdapat asagan, atau tempat meletakkan bakti dan belum terdapat bangunan palinggih.

“Karena ada lomba tersebut akhirnya kami bangun padmasana. Karena ada Pura Pesimpangan Dalem Prajapati (Surya Prajapati Uluning Setra) maka kami lakukan penataan kembali hingga saat ini,” ucapnya.

Miasa mengatakan penataan setra membutuhkan anggaran total sebesar Rp 1,2 miliar. Anggaran tersebut bersumber dari Pemerintah Kabupaten Bangli, Pemerintah Provinsi Bali, hingga urunan krama desa. Sementara untuk pembangunannya dilakukan secara swakelola.

Penataan setra membutuhkan waktu selama tujuh tahun, dan pasca penataan dilakukan prosesi Rsigana Parempahan, yang bertujuan untuk pembersihan atau penyucian palinggih secara skala dan niskala. Sedangkan puncak piodalan dijadwalkan tanggal 2 September mendatang.

Dalam prosesi upacara Rsigana dihadiri oleh Wakil Puri Denpasar untuk mendem pedagingan di palinggih Surya Prajapati.

Untuk puncak piodalan dipuput oleh Ida Pedanda Putra Manuaba Tajung dan dilangsungkan di Pura Dalem Agung Desa Kubu. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved