Kembali Terbakar, TPA Sente Klungkung Akan Direvitalisasi

Kesekian kalinya, TPA Sente di Desa Pikat, Klungkung, Bali, kembali mengalami kebakaran

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
Dok Klungkung
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar gunungan sampah di TPA Sente, Klungkung, Bali, Minggu (6/9/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Kesekian kalinya, TPA Sente di Desa Pikat, Klungkung, Bali, kembali mengalami kebakaran.

Meski demikian, Pemkab Klungkung membatalkan rencana pemasangan pipa penangkap gas metana di TPA terbesar di Klungkung tersebut.

TPA Sente tahun 2021 mendatang justru rencananya langsung direvitalisasi oleh Kementerian PU.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung AA Kirana Menjelaskan, sampah di TPA Sente kembali mengalami kebakaran, Sabtu (5/9/2020) hingga Minggu (6/9/2020).

Armada pemadam kebakaran dibantu mobil tangki dari Dinas Lingkungan Hidup dikerahkan untuk memadamkan api.

Karena kerap terjadi kebakaran sampah di TPA Sente, tahun 2021 Pemkab Klungkung berencana kembali memasang pipa penangkap gas metan.

Sehingga kebakaran bisa diminimalisir, namun rencana tersebut batal dilaksanakan.

Video Wanita Diarak Tanpa Busana Diunggah di Youtube dan WhatsApp, Dua Kali Digerebek Warga

Kebon Vintage Cars Cafe & Resto Ajak Tenant Lokal Berkembang Lewat Sunday Market dan Garage Sale

Liverpool Minta Barcelona Bayar Rp 293 Miliar untuk Dapatkan Wijnaldum

"Pemasangan pipa penangkap gas metan tidak jadi, karena TPA Sente akan langsung direvitaliasai atau ditata ulang di tahun 2021," ungkal Kirana, Minggu (6/9/2020).

Menurut Kirana, semua aktivitas pengelolaan sampah nanti akan difokuskan di TOSS (tempat olah sampah setempat) Centre di Dusun Karangdadi, Desa Kusamba.

Sementara TPA Sente hanya difokuskan untuk membuang sampah residu yang sulit didaur ulang, seperti sampah tissue basah, busa/spon, dan tekstil.

Revitalisasi tidak hanya dilakukan di TPA Sente, namun juga TPA di Nusa Penida dan TPA Jungutbatu di Pulau Lembongan.

"Revitalisasi atau penataan ulang nanti dilakukan dengan meratakan gunungan sampah secara total. Dinding ditinggikan, dan pembuatan sel sampah residu yang metodenya nanti dari kementerian," ungkap Kirana.

Sampah residu yang dibuang ke TPA Sente hanya 5 persen dari total produksi sampah di Klungkung.

GUPBI Bali Berharap Harga Babi Jelang Galungan Stabil

Made Dianta Tewas dalam Kondisi Mengenaskan di Kamar, Istri Akui Sempat Komunikasi

Jika Ada Peluang Bertahan Lama di Persija, Evan Dimas: Kenapa Tidak ?

Sekitar 60 persen sampah yang diproduksi di Klungkung merupakan sampah organik, yang nantinya diolah menjadi pupuk dengan tiga metode di TOSS Centre Karangdadi.

Sementara sisanya sekitar 35 persen merupakan sampah anorganik yang dapat diolah menjadi briket sebagai pengganti bahan bakar.

Serta sebagian sampah anorganik, seperti botol pelastik, akan diambil oleh APSI (asosiasi pengusaha sampah Indonesia).

"Belum lagi tahun 2021 setiap desa wajib memiliki tempat mengolah sampah di desa masing-masing. Karena alokasi dana desa nanti hanya boleh digunakan untuk penanganan sampah dan pengentasan kemiskinan," ungkap Kirana.

Bahkan setiap desa adat di Klungkung nantinya diwajibkan membuat pararem, yang mengatur kebiasaan masyarakat untuk memilah sampah dari rumah tangga dan mengelolanya hingga tuntas di wilayah desa.

Desa Adat diminta menyiapkan pararem (peraturan tertulis) tentang pengelolaan sampah wilayah di desa adat.

"Kami kira peran desa adat nanti akan sangat signifikan dalam mengatur kebiasaan warga di lingkungan desa adat. Pararem ini nantinya diharapkan biasa mengatur kebiasaan masyarakat untuk memilah sampah dari rumah tangga, lalu dikelola di desa," jelas Kirana.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved