KH Abdul Aziz Kembali Terpilih Menjadi Ketua PWNU Bali 2020-2025
KH. Abdul Aziz yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua PWNU Bali priode 2015-2020 kembali terpilih menjadi ketua PWNU Bali periode 2020-2025
Penulis: Noviana Windri | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali menggelar Konferensi Wilayah (Konferwil) ke VII di Hotel Harris & Convention, Jl. Cokroaminoto No.23-25, Pemecutan Kaja, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali, Minggu (6/9/2020).
Dalam hal tersebut, KH. Abdul Aziz yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua PWNU Bali priode 2015-2020 kembali terpilih menjadi ketua PWNU Bali periode 2020-2025.
Maka, KH. Abdul Aziz menjabat sebagai Ketua PWNU Bali selama dua periode.
"Dalam konferensi wilayah ini saya diberi amanah kembali untuk memimpin NU Bali selama masa 5 tahun kedepan. Amanat yang harus saya emban dan saya apresiasi kepada teman-teman pengurus cabang yang telah mempercayakan kepada saya dan tentunya kepercayaan ini bisa membawa NU ke arah yang lebih baik," ungkapnya.
• Jadi Pemain Timnas U-19, Komang Tri: Seperti Mimpi Berada di Kroasia
• Pegawai di Desa Sobangan Mengwi Keluhkan Gaji Tak Cair dari Bulan Juni, Ini Kata Pemkab Badung
• India Salip Brasil Jadi Urutan Kedua dengan Kasus Baru Covid-19 Tertinggi di Dunia
Lebih lanjut, KH. Abdul Aziz berharap dengan terpilihnya kembali menjadi ketua PWNU Bali mampu membawa warya Nadiyin Bali memberikan dan memperjuangkan kesejahteraan mereka.
"Bagi masyarakat NU di Bali, Insyaallah apa yang telah kami lakukan selama 5 tahun untuk mewujudkan kebersamaan diantara umat beragama khususnya warga Nadiyin kami akan semaksimal mungkin untuk mengangkat masalah-masalah yang ada demi memberikan kesejahteraan mereka sendiri," tutupnya.
Konferwil tahun ini mengudung tema 'Meningkatkan Panyamabrayaan Potensi Generasi Milenial Menyongsong Satu Abad Nahdlatul Ulama'
Konferensi Wilayah (Konferwil) ini merupakan hajatan besar dan tertinggi ditingkatkan Wilayah atau Provinsi.
Di dalamnya membahas hal-hal penting yang berkaitan dengan perjalanan Nahdlatul Ulama di masa lima tahun berjalan.
KH. Abdul Aziz juga menambahkan bahwa dalam konferwil ini akan membahas pula program-program NU selama lima tahun ke depan terkait apa saja yang menjadi harapan dari para Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali.
Selain itu, yang paling penting dalam gelaran Konferwil adalah pemilihan tonggak pimpinan yang baru baik dari jajaran Rois Syuriah serta Pengurus Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali.
"Sesuai dengan aturan, bahwa untuk Rois Syuriah lebih tepatnya adalah penetapan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa), sementara Ketua Tanfidziyah dipilih oleh masing-masing Pengurus Cabang yang sah (memiliki hak suara)," kata KH. Abdul Aziz.
Berbicara tentang tema konferwil tahun ini, Ketua PWNU Bali menjabarkan konsep panyamaberayan serta kaitannya dengan generasi milenial yang kedepan akan menjadi ujung tombak NU di masa mendatang.
Panyamaberayan sendiri dari kata 'menyamakan braya' yang dalam bahasa Bali berarti adalah kebersamaan.
• Update Covid-19 Bali - Kasus Positif Bertambah 173 Orang, Sembuh 94 Orang, 11 Pasien Meninggal
• Keunggulan Trans Metro Dewata yang Baru Diluncurkan, Ada Alarm jika Sopir Mengantuk
• Tim Kuasa Hukum Jerinx Tolak Sidang Online, Minta Tatap Muka, Ini Jawaban Kepala PN Denpasar
Arti kebersamaan sendiri sangat luas. Diantaranya adalah kebersamaan potensi.
Dengan tema ini berharap PWNU Bali dapat menyatukan semua potensi termasuk meningkatkan potensi generasi milenial dalam menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama.
Tahun 2026 merupakan satu abad Nahdlatul Ulama dimana eksistensi NU semakin meningkat.
Generasi milenial mulai menjadi generasi penggerak NU dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Maka dari sekarang genetika milenial harus ditanamkan sikap menyama beraya.
"Kalau tidak kita tekankan panyamabrayan kalangan milenial, kawatir apa yang telah dibagun oleh tokoh NU sejak dahulu akan tergerus. Pemikiran sekarang banyak dirasuki fundamental dan cenderung tidak adaptasi. Kebersamaan antar agama sudah sangat bagus dalam konteks membangun kebangsaan. Ke depan konsep menyama braya dapat dilanjutkan dan tidak diikutkan paham-paham intoleransi yang jauh dari NU," papar KH. Abdul Aziz.
Selama pelaksanaan Konferwil ini, semua peserta maupun panitia wajib menerapkan protokol kesehatan. Mengingat bahwa Konferwil kali ini dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19.
Karena hal inilah yang menyebabkan Konferwil mundur beberapa bulan dari semestinya.
Peserta Konferwil tahun ini juga terbatas. Setidaknya ada maksimal 100 orang dari kapasitas aula yang dapat menampung 1000 orang.
Peserta Konferwil terdiri dari para Pengurus Wilayah, perwakilan lembaga dan banom serta perwakilan Pengurus Cabang masing-masing sebanyak empat orang.
Adapun hadir dari pejabat daerah yaitu Gubernur Provinsi Bali yang akan membuka secara resmi Konferwil VII Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali, kemudian hadir dari Kapolda Provinsi Bali, Pangdam Udayana Provinsi Bali, Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Bali, Kapala Pengadilan Agama Provinsi Bali, para tokoh, Walikota Denpasar, Bupati Badung dan lainnya. (*)