Rektor UGM Sebut Jakob Oetama Banyak Beri Sumbangsih bagi Kemajuan Pers Indonesia

Panut melihat Jakob sebagai alumnus UGM yang banyak memberikan sumbangsih bagi kemajuan pers di Indonesia.

Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Istimewa
Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama 

TRIBUN-BALI.COM - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono mengenang salah satu tokoh pers dan pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama.

Panut melihat Jakob sebagai alumnus UGM yang banyak memberikan sumbangsih bagi kemajuan pers di Indonesia.

"Inilah yang patut diteruskan oleh pers Indonesia saat ini. Jurnalisme yang bisa memberi Makna. Bukan sekadar sisi kecepatan, kedalaman, keakuratan tetapi juga makna yang melingkupinya. Ini sejalan dengan mandat UGM bekerja untuk kemanusiaan dan pembangunan nasional," ucap Panut dalam keterangannya, seperti melansir laman UGM, Jumat (11/9/2020).

Dosen Ilmu Komunikasi UGM Phil. Ana Nadhya Abrar mengatakan, pandangan Jakob Oetama terkait jurnalisme makna merupakan hasil akumulasi penghayatan dirinya selama puluhan tahun sebagai wartawan maupun pemimpin umum Kompas.

Pencairan BLT Karyawan Gelombang 3 Diundur, Ini Alasan dan Tanggal Pencairan Terbaru

Ini Perbedaan Batuk Akibat Infeksi Covid-19 dan Batuk Biasa

Oka Rusmini Adaptasi Kidung Jerum Kundangdya Jadi Novel, Perluas Bacaan Karya Klasik di Zaman Modern

 "Dia (Jakob) merupakan abstraksi dari pembelajaran yang dilakukannya secara belasan tahun secara terus-menerus.

Dia juga merupakan puncak kesadaran eksistensialnya sebagai wartawan dan pengusaha media.

Jadi, itulah puncak karyanya di bidang jurnalisme. Kita harus apresiasi dengan penuh suka cita," ungkap Abrar.

Abrar melihat, jika dilihat lebih jauh pemikiran Jakob Oetama sebenarnya datang dari konsep eksistensi pers.

Eksistensi pers itu sendiri ditentukan oleh muatan isi dan jumlah pembaca.

Dari jumlah pembaca ini, kata Abrar, dia mampu mengelola bisnis, sedangkan muatan isi, Jakob menyebut isi.

"Menyangkut isi inilah Pak Jakob bicara 'antara jurnalisme fakta dan makna'. Kenapa dia menyebut antara? Karena jurnalisme yang dia perkenalkan berangkat dari jurnalisme investigasi.

Namun, dimodifikasi soal faktanya. Yakni melaporkan tidak hanya sekadar fakta, tapi latar belakang, riwayat, proses dan hubungan kausal dan interaktif," jelas Abrar.

Bila ditarik masa kini, sambung dia, ide Jakob ini sulit diterapkan. Karena, tidak banyak media yang ingin repot melakukan investigasi. Sementara media sekarang itu suka pragmatis, terkadang opurtunis.

"Dalam dunia jurnalisme, ide Pak Jakob itu tergolong jenis jurnalisme yang berkaitan dengan cara mengumpulkan fakta. Saya pribadi suka dengan cara yang diperkenalkan Pak Jakob itu. Namun, konsekuensinya berat, karena harus kerja keras dan dekat dengan masyarakat," terang Abrar.

Ini Pengakuan Ovi Sovianti Memutuskan Keluar dari Duo Serigala & Pisah dengan Pamela Safitri

Arsenal vs Fulham Malam Ini, Berikut Prediksi Skor dan Susunan Pemain

Heboh di Media Sosial Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Lampu Ruangan Nyala Semua, Ini Faktanya

Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (88), meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (9/9/2020).

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved