Selesaikan Masalah Sampah di Pura, KBMHD Undiknas Hadirkan Program Eco-Temple di Desa Adat Manuaba
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK RI juga memberikan bantuan mesin pencacah pada 2019.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Keluarga Besar Mahasiswa Hindu Dharma (KBMHD) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar menghadirkan program "Eco-Temple" di Pura Sakti Manuaba, Desa Adat Manuaba, Desa Kendran, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.
Program ini lahir melalui sinergitas antara Pusat Studi Undiknas, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Bali dan Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK).
Tak hanya itu, program ini juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI melalui Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Wilayah Bali dan Nusa Tenggara
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK RI juga memberikan bantuan mesin pencacah pada 2019.
• Kekayaan Mulan Jameela Bertambah Rp 78 Juta Setahun jadi Anggota DPR,Total Harta Tembus Rp 15 Miliar
• DKI Jakarta PSBB Mulai Besok, Pasar dan Mal Masih Boleh Buka
• Versi Murah Samsung Galaxy S20, Berikut Bocoran Harga dan Spesifikasi Galaxy S20 Fan Edition
Pembina KBMHD Undiknas, Anak Agung Ayu Ngurah Tini Rusmini Gorda mengatakan, program Eco-Temple ini berupaya agar menyelesaikan permasalahan sampah dari sumbernya.
"Karena kita ingin pura itu menjaga lingkungannya secara realitas dengan konsep Tri Hita Karana dengan mengolah sampah upakara," jelasnya.
Proses pembuatan kompos dalam program Eco-Temple ini dilakukan dengan membuat lubang ukuran 2x1 meter yang memiliki kedalaman dua meter.
Sampah organik yang berasal dari sisa upakara dipilah dan dicacah oleh mesin sampai menjadi kecil dan langsung diarahkan ke lubang kompos.
Setelah dicacah, sampah yang sudah menjadi kecil akan ditutup dengan terpal demi menjaga kelembaban lubang agar kompos jadi.
Proses menjadi kompos membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan dan setelah jadi kompos akan dimanfaatkan warga sekitar untuk penanaman kebun/sawah, dan nantinya akan di packing oleh KBMHD dan dipasarkan di KPRK yang akan menjadikan kompos tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi demi pemasukan desa setempat.
"Jadi dengan dicacah itu sampah upakara menjadi kompos. Itu sudah bisa kami mendapatkan 20 kg dan Kamis udah mulai packaging," tutur Tini Gorda.
Meskipun kepengursan KBMHD berganti, program Eco Temple ini dipastikan akan tetap dijalankan.
Hal itu dilakukan agar program Eco-Temple ini bisa membentuk rantai ekonomi di masyarakat setempat.
Di samping bisa menjaga lingkungan, program Eco-Temple ini juga diupayakan bisa memberikan nilai rupiah.
• Berlangsung Malam Nanti, Berikut Link Live Streaming Race MotoGP San Marino 2020
• Tes Kepribadian: Mana Wanita Paling Cerdas? Pilihanmu Ungkap Prioritas Utama Dalam Hidup
• Jadwal MotoGP San Marino 2020, Maverick Vinales Start Terdepan