2 Gempa Bumi Senin Kemarin, Gempa Pertama Terasa Hingga di Bali

Dua peristiwa gempa bumi terjadi, pada Senin 28 September 2020. Gempa bumi pertama terjadi di Sumba, terasa hingga di Denpasar Bali

Kompas.com
Ilustrasi gempa bumi 

TRIBUN-BALI.COM – Dua peristiwa gempa bumi terjadi, pada Senin 28 September 2020.

Gempa bumi pertama terjadi di Sumba, Nusa Tenggara Timur, bermagnitude 5,3 SR.

Gempa ini terasa sampai di Denpasar dan Gianyar, Bali.

Gempa tersebut juga terasa hingga di Mataram.

Guncangan gempa bumi di Sumba terjadi lima menit sebelum gempa bumi di Pangandaran.

Catatan BMKG, gempa bumi di Sumba terjadi pada pukul 10:44 WIB.

Pedagang Pantai Kuta Masih Menutup Lapak Dagangan

Lima menit kemudian, pada pukul 10:49 terjadi gempa bumi di Pangandaran, Jawa Barat.

BMKG mencatat gempa bumi di Sumba berpusat di laut, 237 kilimeter barat daya Kodi, Sumba Barat Daya.

Gempa Bumi Guncang Pangandaran

Gempa bumi tektonik terjadi di barat daya Pangandaran, Senin (28/9) pukul 10:49:00 WIB.

Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. ( gempa 4,2 skala magnitude di Pangandaran terjadi karena pergeseran lempeng Eurasia )

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan M=4.2 atau 4,2 Skala Magnitude

Episenter terletak pada koordinat 8.27 LS dan 108.23 BT, atau tepatnya berlokasi di laut, pada jarak 69.53 km barat daya Kabupaten Pangandaran, pada kedalaman 10 kilometer.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas penyesaran dalam Lempeng Eurasia.

Dampak gempabumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (Shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempabumi ini dirasakan di wilayah Pangandaran dengan Skala Intensitas II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

Namun hingga kemarin, belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempabumi tersebut.

Hingga pukul 11:06 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

BMKG meminta kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @bmkgwilayah2 atau @infoBMKG), website (http://balai2.bmkg.go.id/ atau http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id).), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg atau infobmkg. (Sam)

14 Tahun Lalu Tsunami Guncang Pangandaran

Kajian para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang potensi gempa kuat di zona megathrust dan potensi terjadinya tsunami 20 meter di selatan Jawa menjadi pengingat bagi masyarakat.

Khususnya yang tinggal di pesisir pantai selatan Jawa Barat, termasuk Pangandaran.

Penelitian itu juga untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

“Ada tiga program kesiapsiagaan yang sekarang ditingkatkan. Kajian ahli tentang megathrust dan potensi gempa besar dan tsunami 20 meter tidak bisa diabaikan,” ujar Koordinator Forum Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Nay Suryana, kepada Tribun Jabar, Sabtu (26/9/2020).

Tiga program kesiapsiagaan yang telah dan sedang dilaksanakan Tagana Pangandaran adalah membentuk dan menguatkan fungsi kampung siaga bencana (KSB) di desa.

Di desa yang sudah memiliki KSB, disiapkan relawan terlatih dalam penanggulangan bencana.

Selain itu, juga ada Tagana Masuk Sekolah (TMS), yaitu program edukasi kepada para pelajar di daerah-daerah rawan bencana, gempa, dan tsunami.

Juga ada program Tagana Menjaga Alam (TGA).

Menurut Nay, TGA adalah upaya Tagana mengajak masyarakat di daerah rawan bencana melakukan mitigasi, seperti menanam pohon, membersihkan lingkungan, dan membersihkan sampah dari sungai.

Adanya potensi gempa besar dan tsunami tinggi 20 meter yang menjadi dasar kesiapsiagaan, mengingat Pangandaran punya pengalaman bencana tsunami tahun 2006.

Tsunami yang melanda pesisir selatan Pulau Jawa pada 14 tahun itu menempatkan Pantai Pangandaran sebagai daerah yang mengalami kerusakan terparah, termasuk jumlah korban jiwa terbanyak.

Kini Pantai Pangandaran makin bertumbuh sebagai industri pariwisata unggulan Jawa Barat.

Bangunan hotel bertingkat bermunculan, pengusaha seakan berlomba menanam investasi di Pangandaran yang kini sudah menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK).

“Sekarang banyak hotel-hotel bertingkat yang dibangun di Pangandaran. Bahkan tak sedikit yang tingginya di atas 20 meter,” katanya.

Namun, menurut Nay, di tengah bermunculannya hotel-hotel mewah bertingkat tinggi tersebut, hanya segelintir hotel yang punya rambu-rambu jalur evakuasi.

“Jalur evakuasi di hotel masih minim. Saya belum melihat di setiap kamar hotel ada peta atau penjelasan tentang jalur evakuasi,” ucapnya.

Padahal, kata Nay, peta atau penjelasan tentang jalur evakuasi adalah hal penting bagi tamu hotel untuk mengetahui situasi gedung, dan ke mana arah mereka harus menempuh jalur evakuasi mandiri ketika terjadi kondisi darurat.

Setiap hotel bertingkat seharusnya juga memiliki tempat evakuasi sementara (TES) di lantai sebagai titik kumpul bila terjadi kondisi darurat, misalnya bencana tsunami.

Nay mengatakan pembangunan hotel di Pangandaran memang berkembang pesat, tetapi investasi kesiapsiagaan bencana dalam hotel masih minim. (andri m dani)

Program Tagana Pangandaran antisipasi bencana

* Menyiapkan relawan terlatih di kampung siaga bencana

* Mengedukasi para pelajar di daerah rawan bencana

* Mengajak masyarakat di daerah rawan bencana melakukan mitigasi

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul GEMPA BUMI 5.3 SR Guncang Sumba Terasa Hingga Bali, Terjadi 5 Menit Sebelum Gempa Pangandaran Jabar

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved