Pilkada Serentak
Dikabarkan Golkar Tabanan Tak Solid di Pilkada, Nyoman Wirya Sebut Hanya Isu
ia membantah adanya kabar banyak kadernya yang membelot mendukung pasangan nomor urut 1, Komang Gede Sanjaya-Made Edi Wirawan (Sanjaya-Edi)
Penulis: Ragil Armando | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Menuju Pilkada Tabanan, Golkar optimistis mampu merebut kemenangan di Pilkada tersebut.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Ketua DPD II Golkar Tabanan, Nyoman Wirya usai dilantik di DPD I Golkar Bali, Rabu (7/10/2020).
Bahkan, ia membantah adanya kabar banyak kadernya yang membelot mendukung pasangan nomor urut 1, Komang Gede Sanjaya-Made Edi Wirawan (Sanjaya-Edi).
Golkar sendiri Bersama NasDem dan Demokrat mengusung pasangan nomor urut 2, Anak Agung Ngurah Panji Astika-Dewa Nyoman Budiasa (Panji-Budi).
• Badung Usulkan 15 Ribu Pelaku UMKM Sebagai Calon Penerima Bantuan dari Kementerian
• PTPS Harus Netral dan Serahkan Surat Sehat, Bawaslu Tabanan Buka Pendaftaran Hingga 15 Oktober
• Dukung UMKM, BI Buka Pameran Karya Kreatif Indonesia
“Baru info aja, kita solid kok di Tabanan,” katanya.
Wirya justru menuding bahwa isu tersebut sengaja dihembuskan untuk memecah kesolidan Golkar di Pilkada Tabanan.
“Biasa itu lawan mengatakan tidak anu, dibantah kok, solid di Tabanan,” katanya.
Bahkan, ia mengaku Panji-Budi dapat memenangi Pilkada Tabanan dengan prosentase tipis.
“Karena begini, Golkar kan sudah mengusung, Bersama NasDem itu kan sudah cukup besar. Tapi untuk menang memang ada kekuatan yang lebih besar, kami harapkan di relawan untuk mencapai 50+1,” akunya.
“Optimis kita, begini suasana Covid ini kita merasa diuntungkan, karena teman yang biasa menurunkan massa kan nggak bisa, sekarang kita hati nurani saja, sudah 20 tahun memegang kekuasaan kami anggap belum maksimal, sekarang kan terserah masyarakat,” imbuhnya.
Namun, saat disinggung mengenai langkah Politikus senior Golkar Bali, I Gusti Putu Wijaya yang mendeklarasikan dukungannya ke Jaya-Wira. Wirya memilih menaggapi secara dingin.
Ia menyebut sosok IGP Wijaya hanya sebagai kader biasa di Golkar. Bahkan, IGP Wijaya sendiri tidak masuk dalam kepengurusan Golkar baik di Tabanan, provinsi, maupun DPP.
“Itu memang kita punya, di struktur dia kan nggak lagi, kita anggap itu sebagai kader biasa,”ucapnya.
Pun mengenai apakah ada sanksi atas pembelotan IGP Wijaya tersebut. Anggota DPRD Bali ini menjawab secara diplomatis, ia mengaku bahwa yang berhak memberikan sanksi adalah DPD atau DPP, ini karena IGP Wijaya sendiri sudah bukan merupakan pengurus Golkar.
• Wine Robusta Coffe Kalibaru Banyuwangi, Kopi Robusta Rasa Wine 1 Kilogram Rp 5 Juta
• Letjen Dodik Buka Suara Soal Video Viral Ahon Kendarai Mobil Berplat TNI dan Ngaku Anggota TNI
• Dalam Seminggu Terdapat 6 Kasus Kebakaran Lahan di Karangasem
“Prosesnya begini, kalau di tingkat pengurus kita berhak menegur. Kalau kader itu DPD I atau DPP. Soal itu urusan pusat, soal kepengurusan baru kita,”paparnya.
Pun juga mengenai adanya tudingan Golkat tidak mengakomodir kader di Pilkada dengan mencalonkan orang lain. Wirya lagi-lagi membantah, ia menyebut bahwa sosok Cabup, AA Ngurah Panji Astika tersebut merupakan kader Golkar, bahkan menurutnya sudah lama aktif di kepengurusan Kosgoro yang merupakan salah satu organisasi pendiri Golkar.
“Kan sudah punya KTA, semenjak dari dulu, sudah di Kosgoro, di partai baru masuk dia,” paparnya.
Di sisi lain, Politikus senior Golkar Bali, I Gusti Putu Wijaya menegaskan sikapnya untuk mendukung Jaya-Wira.
Ia mengaku bahwa bahwa Tabanan membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki pengalaman dalam menjalankan pemerintahan.
Untuk itu, dirinya melihat sosok Jaya-Wira merupakan sosok yang tepat untuk memimpin.
“Dimasa situasi ini, kita berharap pada calon Bupati yang siap pakai lah, tidak lagi adaptasi, sudah tahu permasalahan,” katanya.
Menurutnya selama ini tak pernah ada komunikasi antara Partai Golkar maupun AA Ngurah Panji Astika-I Dewa Nyoman Budiasa (Panji-Budi) dengan dirinya. Justru yang lebih intens berkomunikasi adalah Pasangan Jaya-Wira.
“Yang berkomunikasi dengan saya itu calon ini (Jaya-Wira). Golkar sama sekali tidak ada bicara sama saya,” akunya.
Mengenai tudingan tidak loyal, mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan ini mengaku jika Partai Golkar justru seakan tidak menghargai dirinya. Terbukti dengan tidak adanya komunikasi.
“Kalau saya dibilang tidak loyal, saya saja tidak pernah diajak bicara kok. Terus kita biar loyal bagaimana lagi?. Jadi saya harus menilai sendiri juga,” tutur dia.
Wijaya mengaku, dirinya juga pernah berkeringat untuk Golkar. Seperti misal maju sebagai calon Bupati Tabanan yang diusung Golkar serta menaikkan jumlah kursi di DPRD Tabanan saat masih memimpin Partai Golkar Tabanan.
Dengan demikian, ia mengaku siap dengan konsekuensi apapun yang nantinya akan diberikan oleh Partai Golkar.
Selain itu, Partai Golkar dinilai tidak memprioritaskan kader Partai, lebih memilih kader lain.
Menurutnya, sejak awal Golkar memang memotong kesempatan para kader untuk bertarung di Pilkada Tabanan.
Ini terlihat dengan tidak direkomendasikannya para kader yang ikut berkompetisi dalam penjaringan internal Golkar.
“Sesungguhnya dari proses awal, artinya awal kita harap kalau kader yang menjadi kan lebih bagus. Jangan non kader, sedangkan kader kita yang mendaftar itukan ada, seperti Jero Tosan, I Gusti Kade Heryadi Angligan, itu juga cukup baik,” katanya.
Justru, Partai Golkar lebih memilih mencalonkan yang bukan murni kader yakni Panji-Budi. Inilah yang membuat dirinya sedikit merasa kecewa dengan keputusan Golkar.
“Saya melihat keduanya bukan kader Golkar. Jangan sampai nantinya kita yang berkeringat, yang mendapat hasilnya partai lain,” akunya. (*)