Pura di Bali
Cerita Pura Geger, Tempat Melukat dan Metamba untuk Memohon Kesembuhan Hingga Keturunan
Pura kahyangan jagat yang telah ada sejak dahulu kala ini memiliki tempat suci yang disebut taman, atau genah pelinggih Ratu Sedahan,
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
“Taru ini adalah penyawangan Dalem Nusa,” katanya.
“Terkadang pamedek yang kebingungan, sakit yang tidak terdeteksi medis, dan bahkan meminta keturunan datang ke Pura Geger, minta agar diangkat penyakit dan dimudahkan jalannya,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, tak jauh dari pura.
Walau demikian, ia menegaskan semuanya adalah karunia Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
“Kadang ada yang sembuh, kadang ada yang belum jodoh dan tidak terkabul,” tegasnya.
Semuanya kembali ke karunia Tuhan. Mengenai prosesnya, setelah menghaturkan peras pejati dan di-ayab oleh pemangku.
Maka pamedek bisa langsung melukat atau mandi di pantai depan pura.
Setelah melukat, dan dibersihkan dengan tirta empul, pamedek berganti pakaian dan sembahyang.
“Tirta empul ini, berasal dari klebutan yang ada di bibir pantai dekat pura taman. Ada 3 klebutan air, dua di selatan dan satu di utara,” sebutnya.
Dua klebutan di selatan cukup mudah dijumpai, apalagi saat air laut surut. Sementara satu klebutan di utara cukup susah ditemui.
“Yang klebutan utara jarang terlihat, ini juga jodoh-jodohan dengan siapa yang dapat melihatnya,” jelas pemangku.
Walau demikian, ketiga klebutan ini bisa terlihat saat purnama dan saat air surut sekitar pukul 14.00 siang.
Namun tak usah khawatir, jika pamedek tidak beruntung menjumpai tirta empul ini bisa diganti dengan bungkak nyuh gading untuk melukat.
Air klebutan ini adalah air yang muncul dari dalam tanah, dan merupakan air tawar walau terletak di pinggir pantai. Ukurannya pun berbeda, ada yang besar dan ada yang kecil.
“Tetapi klebutan yang kecil biasanya lebih sering terlihat, terutama saat airnya surut,” jelasnya.
Jika berjodoh, tegas dia, maka sakitnya akan hilang atau permintaan akan terkabul.