Pertumbuhan Ekonomi Global Diprediksi Bisa Minus 5%, Jadi yang Terburuk Sejak 80 Tahun Terakhir
"Rentang proyeksi dari pertumbuhan ekonomi global berada di kisaran -5 persen sampai -4 persen di tahun 2020, terburuk dalam 80 tahun terakhir,
TRIBUN-BALI.COM - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean memproyeksi ekonomi global akan terkontraksi hingga minus 5 persen pada tahun 2020 ini.
Adrian bahkan menuturkan, kontraksi ini merupakan yang terburuk dalam 80 tahun terakhir.
Pada tahun 2021, ekonomi global bakal pulih (rebound) secara parsial di kisaran 3 persen-4 persen.
"Rentang proyeksi dari pertumbuhan ekonomi global berada di kisaran -5 persen sampai -4 persen di tahun 2020, terburuk dalam 80 tahun terakhir," kata Adrian dalam laporannya, Rabu (14/10/2020).
Baca juga: 4 Cara Mudah Mencegah Penyakit Jantung, Mulai dari Rutin Berolahraga hingga Hindari Merokok
Baca juga: Pariwisata Bali Paling Terdampak Pandemi, Pemerintah Pusat Beri Dana Hibah Pariwisata Rp 1,2 Triliun
Baca juga: Pertama Kali, Pasien Covid-19 Terinfeksi kembali Setelah Sembuh, Meninggal Setelah 3 Minggu Dirawat
Adrian menuturkan, pulihnya ekonomi global di tahun 2021 ini masih diwarnai ketidakpastian yang tinggi.
Tahun depan, nampaknya masih disertai fluktuasi bisnis yang tajam.
Pemulihan bisa tidak merata di semua negara.
Apalagi saat ini, virus Covid-19 masih menginfeksi 140 lebih negara di dunia.
Harapan cepat pulihnya aktivitas sosio ekonomi kembali menipis, karena terjadinya pasang naik kasus infeksi.
"Kasus infeksi pasang naik terjadi di banyak negara, misalnya di AS, Jerman, Perancis, Spanyol, Italia dan Belanda," ujar Adrian.
Adrian menjelaskan, lambatnya pemulihan ekonomi global terjadi karena krisis kali ini berbeda dengan dua krisis sebelumnya.
Paling tidak, ada 3 aspek yang membedakan.
Pertama, ada-tidaknya faktor penyeimbang pertumbuhan global di krisis tahun ini.
Krisis yang terjadi di tahun 1998 dan 2008, krisis hanya melanda sebagian kawasan.
Baca juga: Semua Tidak Sesuai Keinginan Scorpio, Ini 4 Zodiak Kurang Beruntung Hingga Minggu 18 Oktober 2020
Baca juga: 3 Pasien Covid-19 di Denpasar Meninggal Dunia, Positif Bertambah 34 Orang, Sembuh 19 Orang
Baca juga: Update Covid-19 Bali 14 Oktober 2020, Kasus Positif Bertambah 109, Sembuh 141, Meninggal 7 Orang
Artinya, kawasan lain yang tidak dilanda krisis masih bisa berperan sebagai penyeimbang pertumbuhan ekonomi global.
"Di tahun 2020 ini, dunia tidak memiliki elemen penyeimbang. Karena seluruh dunia, tanpa terkecuali, terkena krisis," paparnya.
Faktor kedua, krisis yang terjadi di tahun 1998 dan 2008 lebih bersifat finansial dan ekonomi, dan bisa ke arah kejutan permintaan.
Dalam beberapa kasus, disertai dengan reperkusi politik.
Sedangkan di tahun 2020, krisis terjadi dipicu oleh faktor kesehatan yang kemudian menyebabkan terhentinya mobilitas manusia dan guncangan ekonomi.
Ketiga, bila dalam krisis 1998 dan 2008 negative spillovers yang bersifat wilayah terbantu oleh penyelesaian yang berkerangka regional, maka di 2020 negative spillovers yang bersifat global belum memiliki solusi berkerangka global.
"Bahkan dalam banyak kasus, rivalitas yang justru terjadi. Proses pengembangan vaksin yang tidak diwarnai oleh kerjasama global secara erat adalah contoh kontemporer," ungkap Adrian.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertumbuhan Ekonomi Global Diprediksi Bisa Minus 5 Persen, Terburuk dalam 80 Tahun Terakhir",