Biografi

Biografi I Komang Gede Sanjaya, Berawal Kerja di Hotel hingga Jabat Wakil Bupati Tabanan

Ia merupakan seorang warga yang lahir dan besar di Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan, Bali.

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
I Komang Gede Sanjaya didampingi istrinya saat melakukan pemilihan pada Pilpres 2019 lalu di Balai Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Tabanan. 

Beberapa tahun kerja di hotel sebagai accounting, sekitar tahun 1993 tiba-tiba dirinya diminta berhenti kerja di hotel oleh salah satu keluarganya.

 Ia disarankan untuk menempuh pendidikan lagi di managemen properti.

Ia pun sempat bingung mengambil keputusan, karena saat itu ia sedang menikmati pekerjaannya dan fokus dalam karirnya di hotel.

"Waktu itu saya sempat bingung, ketika lagi nyamannya di hotel diminta untuk berhenti kerja di hotel dan melanjutkan kuliah lagi. Akhirnya saya meminta saran dan koordinasi kepada keluarga. Astungkara keluarga saya mendukung. Saya diminta untuk mencari ilmu setinggi-tingginya untuk bekal hidup. karena saat itu saya juga masih muda dan belum menikah," imbuhnya.

Setelah itu, ia pun berangkat ke Jakarta untuk mengambil studi manajemen properti selama setahun saja.

 Tahun 1994 lalu, ia pun memulai usaha properti menjadi developer (pengembang) seperti menjual tanah kapling, perumahan dan sebagainya yang berhubungan dengan properti.

Saat itu, menjadi developer adalah pilihan yang baik, karena usaha properti saat itu sedang booming-nya. 

"Saya dulu jual tanah kapling, perumahan dan sebagainya yang berhubungan dengan properti. Bayangkan saat itu properti sedang booming-nya," 

Hingga akhirnya reformasi pun bergulir di tahun 1998.

Saat itu, teman-temannya justru datang ke dirinya.

Temannya mengajak Sanjaya agar mengisi gerakan reformasi ini untuk membuat sebuah perubahan.

Tapi saat reformasi tersebut, ia belum ingin terjun ke dunia politik, namun ia lebih memilih menjadi donatur gerakan tersebut. Ia pun menjadi donatur saat itu untuk gerakan reformasi. 

Beberapa tahun berselang, teman-temannya kembali datang kepada diriinya. Sebab, menurut teman-teman dirinya tidak cocok hanya menjadi donatur.

Ia diminta untuk terjun ke dunia politik.

Setelah mendapat saran, ia pun mempertimbangkannya. Setelah dengan pertimbangan yang matang, akhirnya ia didaulat menjadi pengurus anak ranting di Banjar Dauh Pala, tempat kelahirannya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved