Ngopi Santai

Ketika Duri-duri Tak Lagi Terasa

Elcid Li benar. Pendekatan ekonomi saja tidak lagi menjadi solusi. Pendekatan Ekonomi-Kesehatan harus menjadi panglima.

Penulis: DionDBPutra | Editor: Eviera Paramita Sandi
FOTO KIRIMAN DOMINGGUS ELCID LI
Moderator Forum Academia NTT, Dominggus Elcid Li (kiri) dan Fainmarinat S Inabuy, Ph.D di depan laboratorium yang sedang dibangun beberapa waktu lalu. Kini lab tersebut sudah beroperasi. 

“Seluruh makan siang para laboran disumbangkan oleh Ibu Ietje yang adalah mama dari Fima, dari Sekolah Abdi Kasih Bangsa, Kupang.” kata Elcid.

Sikap sukarelawan itu menular. Setidaknya ada 8 laboran pejuang yang bertahan hingga kini dari 16 orang. Bekerja dari pagi hingga menjelang tengah malam adalah hal biasa.

Sebagai anak muda. Mereka telah bertarung hingga titik tertinggi.

“Memberikan yang terbaik tanpa pamrih. Bekerja dalam kondisi darurat syaratnya hanya satu: one for all, all for one. Humanity. Anak-anak muda ini tak hanya laboran. Mereka adalah pasukan task force sesungguhnya. Dari memasak, cleaning service, mencatat laporan keuangan, hingga membuka jurnal membahas alur pool test mereka kerjakan dalam satu hela napas.” kata Elcid Li.

Ia menambahkan, kehadiran doktor biomolekuler kedua asal NTT juga amat membantu. Alfredo Kono, Ph.D yang pulang dari Iowa State University juga turut mengambil sebagian peran dari pundak Fima.

Edo, sapaan akrab Alfredo, pulang lebih cepat ke Kupang untuk membantu.

Jika sudah tiba membaca hasil PCR, mereka bercakap-cakap dalam dunia mikro itu. Mereka tenggelam dalam alam laboran.

“Hening dan detil. Waktu seolah diam. Dari Dinas Kesehatan Provinsi ada srikandi pejuang. Ibu Erlina R. Salmun. Ia adalah pejuang pekerja di dalam birokrasi. Ia membantu yang belum macet. Menyambungkan yang perlu. Ia adalah anomali dalam birokrasi. Pakai hati,” ujarnya.

Onak dan duri dialami Elcid Li dkk. Menurut Elcid, beberapa bulan lalu tim interdisipliner dari Forum Academia NTT yang menginisiasi pembangunan laboratorium ini sempat difitnah mendapatkan uang 900 ribu per jam oleh beberapa oknum wartawan.

“Namun isu tidak pernah mereka selesaikan dengan bukti. Tapi, semua itu sudah lama berlalu. Kini, duri-duri itu tak lagi terasa, hanya ada bunga yang mekar.”

“Malam-malam menunggu hasil tes dari PCR sudah terbayarkan. Panas dalam APD di ruang ekstraksi sudah lewat. Jari yang penat menggunakan micro pipet, sudah berlalu. Tubuh yang dingin diguyur air dingin tengah malam keluar dari ruang ekstraksi sudah tak lagi terasa.” kata Elcid Li.

Elcid dengan bangga mengatakan, 16 Oktober 2020, anak-anak muda Indonesia asal Provinsi NTT sedang mencatatkan sejarah bersama.

Mereka membuat Laboratorium Biomolekuler yang hadir karena insiatif rakyat.

Momentum semangat persaudaraan yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh mereka buktikan.

“Ya, insiatif ini mungkin yang pertama terjadi di dunia. Laboratorium rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Semangat itu yang sering hilang. Rakyat adalah entitas politik dari republik. Tanpa rakyat tidak ada republik.” jelas Elcid Li.

Menurut Elcid, ketika ide dikerjakan tanpa kepentingan (interest), dan uang hanya menjadi salah satu variabel dan bukan tujuan ternyata bisa menghasilkan sesuatu.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat pun tergerak. Gubernur berjanji memberikan swab gratis untuk seluruh warga.

Untuk bersama-sama sehat, semua harus punya akses yang sama di saat pandemi Covid-19.

“Prioritas tim saat ini adalah mengurai antrean sampel swab sebanyak 3000-an, dan membantu tim surveillance Dinas Kesehatan Provinsi/Kota/Kabupaten di NTT Kita sedang berjalan bersama keluar dari krisis,” kata Elcid Li.

Elcid Li benar. Pendekatan ekonomi saja tidak lagi menjadi solusi. Pendekatan Ekonomi-Kesehatan harus menjadi panglima.

Selama para teknokrat dan birokrat meminggirkan rakyat, hanya ada nestapa beruntun.

Sebaliknya jika republik dikerjakan dalam politik kerakyatan, untaian bunga mawar menjadi hadiah perjalanan melalui sekian duri dan onak. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

“Mengerjakan republik perlu dilakukan dengan gembira. Agar pekik ‘merdeka’ dilepaskan ke angkasa tanpa beban, cuma rasa syukur masih bisa saling sapa dan bantu demi kehidupan yang lebih baik. Semoga pemulihan akibat krisis bisa lebih cepat,” demikian Elcid Li. Ya begitulah harapan kita semua. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved