Wisata Religi, Sembuh Setelah Melukat di Pancoran Solas Taman Mumbul Sangeh
Ketua Pengelola Penglukatan Pancoran Solas Taman Mumbul Sangeh, menjelaskan destinasi wisata religi ini telah ada sejak 2016
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Pemangku yang ngayah di tempat melukat, merupakan pemangku pura-pura yang ada di Sangeh dan ngayah bergantian.
Per hari ada dua mangku yang ngayah, yakni pagi sampai siang dan sore sampai malam.
Ia menjelaskan, tak ada pantangan untuk melukat.
Hanya saja bagi pamedek yang cuntaka atau sedang haid dan ada keluarga yang meninggal maka tidak diizinkan melukat.
Intinya berpakaian sopan, membawa kamen dan selendang, serta membawa sarana sembahyang seperti canang dan dupa.
Sementara untuk fasilitas di lokasi juga sangat lengkap, seperti kamar ganti hingga toilet dan loker.
Untuk sewa loker biayanya Rp. 10.000 per loker.
Sedangkan kamar mandi gratis.
Gung Adi mengatakan, selain masyarakat lokal Bali banyak pula warga luar Bali dan asing yang datang melukat.
Sehingga dengan hadirnya destinasi melukat ini, memberikan pemasukan baru bagi desa dan lapangan kerja bagi warga di sana.
Walau karena pandemi Covid-19 ini kunjungan menurun drastis, namun ia optimistis semua akan segera kembali normal.
“Protokol kesehatan pun tetap kami jalankan di sini,” tegasnya.
Penurunan kunjungan, sebut dia, karena ketika Galungan dan Kuningan tempat melukat ini tutup.
Sedangkan pada hari raya tersebut, termasuk Purnama, Kajeng Kliwon, dan Tilem, biasanya pamedek membludak dan banyak.
Alasan lainnya, selain melukat adalah wisata kuliner.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bali/foto/bank/originals/pamedek-melukat-di-pancoran-solas-taman-mumbul-sangeh.jpg)