GUPBI Bali Akui di Lapangan Tidak Semua Peternak Bisa Terapkan Biosecurity

Salah satunya membatasi ruang gerak manusia, penyebaran melalui hewan atau penyebaran terhadap barang-barang yang dibawa

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
Foto ilustrasi wanita bersama babi peliharaannya 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA –  Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung getol mengimbau peternak untuk menerapkan biosecurity pasca adanya kasus Babi yang banyak mati.

Namun nyatanya di lapangan tidak bisa diterapkan oleh beberapa peternak, terutama peternak kecil.

Hal itu pun dikatakan Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali, Ketut Hari Suyasa saat dikonfirmasi, Senin (2/11/2020).

Menurutnya penerapan biosecurity memang bagus dilaksanakan untuk menghindari ternak terkena virus.

Baca juga: Kisah Inspiratif Putu Agus Suradnyana, Berawal dari Pengusaha Properti hingga Jabat Bupati Buleleng

Baca juga: Pakar Komunikasi Aqua Dwipayana Beri Motivasi Jajaran Polisi Militer Lanud I Gusti Ngurah Rai

Baca juga: Pasca Libur Panjang, Kasdam IX/Udayana Hadiri Rakor Kesiapan Penanganan 3T

 Namun jika dikatakan dengan penerapan wifi gratis yang bisa membantu pemasangan CCTV untuk mengurangi interaksi manusia dengan peternak, menurutnya hanya sebagian kecil saja. Bahkan hal itu pun tidak bisa diterapkan oleh peternak kecil.

“Jadi Kalau pemerintah Badung mempunyai cara seperti itu sangat bagus. Namun apa urusannya CCTV untuk pencegahan wabah? Seharusnya kalau berbicara penyebaran wabah harus dilakukan lebih teknis lagi,”ujarnya.

Pihaknya juga mengakui, jika mengurangi aktivitas peternak di kandang juga bagus.

 Akan tetapi, katanya, banyak faktor yang mengakibatkan virus itu masuk ke sebuah wilayah.

Salah satunya membatasi ruang gerak manusia, penyebaran melalui hewan atau penyebaran terhadap barang-barang yang dibawa.

“Di Badung kan banyak ada peternak dari besar, menengah hingga kecil. Kalau penerapan CCTV yang digunakan sebagai patokan juga susah, lantaran peternak kecil tidak bisa dilaksanakan, meski diberikan internet gratis. Namun kalau peternak besar menerapkan imbauan pemerintah itu masih masuk akal,” bebernya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan dalam pasca wabah ini, GUPBI sendiri sebenarnya sudah memberikan edukasi penerapan biosecurity, yang mudah dilakukan oleh peternak.

Salah satunya meminta peternak untuk menggunakan jaring atau paranet tanaman  untuk menggurung kandang.

Dengan harapan serangga dan yang lainnya tidak bisa masuk ke kandang.

“Intinya ada tiga hal yang harus dihindari pasca wabah yang ini yakni Manusia, hewan dan Barang. Namun dalam penerapan biosecurity peternak harus mandi sebelum masuk kandang, termasuk juga menggunakan baju baru,” sembari mengatakan maksudnya baru ini bukan baru beli namun baru dicuci atau dipastikan bersih.

Pria asal Abiansemal Badung itu juga mengakui beberapa peternak ada yang tidak mau melaksanakan sesuai edukasi yang diberikan.

Baca juga: Ramalan Zodiak Karier 3 November 2020, Cancer Jangan Mempersulit, Taurus Ambil Keputusan yang Tepat

Baca juga: Gadis 19 Tahun Tewas dengan Beberapa Luka Tusukan, Sang Ibu Saksikan Langsung Aksi Keji Itu

Baca juga: Keponakan 9 Tahun Menjerit di Ranjang, Sang Paman Beraksi setelah Mencongkel Pintu Kamar

Hanya saja pihaknya mengaku GUPBI dan Dinas Pertanian dan Pangan sudah melakukan sesuatu dengan membuat buku pedoman pasca terjadinya wabah, sehingga buku pedoman itu bisa di share ke masyarakat.

“Kami sarankan Dinas untuk membuat buku pedomoman, buku pedoman itu bisa di sebar ke masyarakat. Ini pun tujuannya untuk menerapkan jaga jarak, agar kami tidak terus menerus turun ke lapangan,” tungkasnya.

Untuk diketahui Beberapa peternak babi masih merasa trauma untuk memelihara babi dengan nominal yang banyak.

Hal itu lantaran sebelumnya banyak kasus babi mati yang diduga karena terkena Virus African Swine Fever (ASF).

Sampai saat ini pun, vaksin penyakit tersebut belum ada, sehingga membuat masyarakat was-was jika wabah tersebut kembali.

 Kendati demikian Dinas Pertanian dan Pangan Badung memastikan masyarakat bisa memelihara babi asalkan menerapkan biosecurity.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung, Wayan Wijana mengatakan penerapan biosecurity sangat baik untuk para peternak  babi di Badung.

Pasalnya penerapan biosecurity tersebut untuk menjauhkan segala jenis virus masuk ke kandang.

“Jadi tidak ada masalah jika sudah menerapkan biosecurity. Sehingga masyarakat bisa beternak babi kembali,” ujarnya

Pihaknya pun mengakui Biosecurity yang dilaksanakan bisa memanfaatkan akses jaringan Wifi gratis yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung.

Biosecurity merupakan prosedur atau usaha yang dilakukan untuk dapat mencegah kontak antara ternak dalam peternakan dengan agen atau sumber penyakit sehingga dapat menekan resiko dan konsekuensi penularan penyakit.

“Jadi Biosecurity ini merupakan perlindungan dari penyebaran penyakit infeksius, parasit dan hama ke unit produksi ternak,” bebernya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved