Kisah Kesaktian Ratu Gede Mas Mecaling Dalem Ped, Dianugerahi Ajian Kanda Sanga hingga Panca Taksu
Inilah kisah Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling, yang berstana di Pura Dalem Ped, Nusa Penida, Klungkung.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Widyartha Suryawan
Dewa Indra tampak gagah dengan senjata panah di tubuhnya.
Menatap tajam-tajam di sekelilingnya dengan sikap mawas diri, sembari berhati-hati sebab I Gede Mecaling bukanlah lawan biasa tetapi orang sakti yang telah menerima anugerah dari para dewa, terlebih berkah dari Dewa Siwa.
Setelah beberapa saat sampai di bumi, Dewa Indra melanjutkan perjalanan menuju tanah Nusa.
Selama dalam perjalanan Dewa Indra selalu waspada, jika ada serangan sekala-niskala. Akhirnya, sampailah Dewa Indra di tanah Nusa.
Setelah mereka berhadapan, tidak ada yang dapat menghalangi dua ksatria ini untuk berperang.
Deru angin dan deburan ombak pantai Nusa menjadi sebuah isyarat, bahwa mereka harus saling menghancurkan.
Mereka sama-sama sakti, dan pantang bagi mereka untuk melarikan diri dari pertarungan.
Suara burung bangkai memekakkan telingga, gagak bersorak, dan tak terkecuali anjing melolong pertanda akan ada pertempuran hebat antara keduanya.
Selanjutnya mereka saling serang, mereka juga sangat mahir memainkan jurus-jurus silat.
Baca juga: Fakta-fakta Pertemuan Raja Se-Bali, PHDI & MDA Bali di Gianyar, Bahas HK Hingga Arya Wedakarna
Berbagai macam siddhi dipraktekan, sehingga badai begitu hebat terjadi dan gemuruh hebat keluar tatkala ilmu mereka beradu.
Dewa Indra dengan kesaktian wajranya, menyerang I Gede Mecaling.
Sang Pangeran tak tinggal diam ketika diserang, dan ia mengeluarkan kesaktiannya anugrah dari Hyang Siwa dan Bhatari Durga.
Seketika dirinya mampu mengubah wujud menjadi sosok yang lebih menyeramkan, bersenjatakan kampak sakti.
Meraung dan tawa yang menggelegar membuat bumi bergetar.
Manusia biasa yang melihat perubahan wujud beliau sudah pasti ketakutan. Bahkan seketika jiwa akan terlepas dari badannya, bersembunyi karena takut melihat peringai I Gede Mecaling.
Setelah mengubah wujud, hanya Dewa Indra yang tidak mengalami ketakutan. Ia menghunus senjata tombak dan menyerang I Gede Mecaling.
Terjadilah perang tanding yang lebih menakutkan lagi.
Mata biasa sudah tidak bisa lagi melihat gerakan mereka, yang sangat cepat. Kecuali bagi orang yang memiliki waskita akan melihat keduanya mengeluarkan jurus-jurus andalannya.
Kilatan cahaya keluar dari dua senjata kapak dan tombak beradu..
Kapak sakti diayunkan lalu ditangkis dengan tombak. Saat tombak berayun menderu, suaranya menakutkan sekali. Seolah-olah akan siap memangsa.
Pun demikian ketika kampak sakti diayunkan, suaranya bergemuruh seolah-olah hendak membinasakan apapun yang menyentuh mata kampak.
Perang semakin seru dan semakin hebat.
Dewa Indra menjauhi I Gede Mecaling dengan lompatan kecil ke belakang.
I Gede Mecaling seketika menghentikan serangan. Dewa Indra tampaknya mulai berpikir untuk segera mengakhiri pertempuran ini, sebab ini akan membawa akibat pada bumi.
Akhirnya, Dewa Indra melompat tinggi terbang ke arah I Gede Mecaling, sembari menghunus senjata sakti keris anugrah dari Bhatara Siwa.
Keris yang terhunus mengeluarkan pamor yang menyilaukan, seperti sinar jutaan matahari.
Selanjutnya, dengan keris di tangan kanan, Dewa Indra menukik menuju I Gede Mecaling.
Dewa Indra fokus kepada dua taring I Gede Mecaling yang akan dipotongnya.
I Gede Mecaling mengetahui bahwa senjata keris sakti itu adalah anugerah dari Dewa Siwa.
I Gede Mecaling pun merasa bahwa dirinya sudah akan dikalahkan. Karena hanya senjata dari Dewa Siwalah yang dapat menaklukannya.
Setelah taring I Gede Mecaling berhasil dipotong, barulah ia berhenti menggemparkan seisi jagat raya.
Setelah itu, Pangeran I Gede Mecaling kembali melakukan tapa brata yoga semadi. Pengastawa-nya ditujukan kepada Ida Bhatara Rudra.
Ida Bhatara Rudra pun berkenan turun ke bumi, memberikan anugerah kepada I Gede Mecaling berupa Panca Taksu.
Panca Taksu ini di antaranya adalah Taksu Balian, Taksu Penolak Grubug, Taksu Kemeranan, Taksu Kesaktian, dan Taksu Penggeger.
Sebagai pengabih utama Ida Bhatari Durga Dewi, beliau diberi wewenang untuk mencabut nyawa manusia yang ada di bumi.
Pangeran I Gede Mecaling juga diberikan wewenang sebagai penguasa samudera.
Karena hal itulah, ia sering juga disebut Ida Ratu Gede Samudera.
Gelar Pangeran I Gede Mecaling yang diberikan oleh Durga Dewi yaitu Papak Poleng, dan permaisurinya Sang Ayu Mas Rajeg Bumi diberi gelar Papak Selem.
Akhirnya, I Gede Mecaling moksa di Ped dan istrinya moksa di Bias Muntig.
Keduanya sekarang sebagai penguasa di bumi Nusa Penida, dan mendapat wewenang sebagai penguasa kematian.
Pangeran I Gede Mecaling bertsana di Pura Dalem Ped bergelar Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling atau Ida Bhatara Ratu Sakti Mas Mecaling.
Masyarakat Hindu Bali sembahyang ke Nusa untuk memohon agar dijauhkan dari mara bahaya dan bencana ke Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling." (aa seri kusniarti)