Laboratorium Biokesmas Provinsi NTT Mulai Tes Massal Perdana 4 November 2020

Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat (Lab Biokesmas) Provinsi NTT siap melakukan tes massal perdana di Kupang 4 November 2020.

Editor: DionDBPutra
FOTO KIRIMAN DOMINGGUS ELCID LI
Moderator Forum Academia NTT, Dominggus Elcid Li (kiri) dan Fainmarinat S Inabuy, Ph.D di depan laboratorium yang sedang dibangun beberapa waktu lalu. Kini lab tersebut sudah beroperasi. 

“Selama bulan Oktober terjadi kenaikan kasus dibanding bulan September 2020, total kasus konfirmasi positif Covid-19 NTT sebesar 263, lebih tinggi 14 kasus dibanding kasus September 2020 (249) atau naik 6 persen,” kata David.

Dari data yang dikumpulkan Tim Covid-19 Dinas Kesehatan Provinsi NTT, total kasus yang berasal dari transmisi lokal sebanyak 262 (38%), tertinggi di NTT, diikuti kasus dari klaster “kelompok” (sebanyak 251 orang atau 36%), pelaku perjalanan (160 orang atau 23%) dan klaster lain-lain (21 orang atau 3%).

Persiapan Pool Test

Secara umum persiapan pool test yang dilakukan sejak bulan Mei 2020 kini sudah berbuah hasil. Tim kerja yang solid yang melibatkan berbagai instansi pemerintah maupun relawan sudah siap beroperasi.

Meskipun hingga saat ini tim pool test yang dibentuk dengan SK Gubernur sudah bekerja tanpa upah, bahkan seringkali harus mencari dana swadaya untuk tetap terlibat, para laboran maupun anggota tim pool test tetap semangat.

“Yang penting kami bisa menyumbangkan tenaga untuk mencegah penyebaran Covid-19 secara meluas, sedangkan urusan upah biarlah itu menjadi pengorbanan kami,” kata Lintang, seorang laboran yang sudah bekerja sejak bulan Juni 2020.

Kondisi tanpa dana juga dikeluhkan sejumlah petugas medis yang menangani contact tracing di lapangan, khususnya di Kota Kupang.

Para petugas kesehatan mengeluhkan minimnya dukungan untuk mereka ketika melakukan pelacakan orang-orang yang mempunyai kontak erat.

“Seharusnya pemerintah serius memperhatikan kesejahteraan dan kebutuhan para tenaga kesehatan yang sudah mendedikasikan diri untuk melacak kontak yang positif, dan ini amat terkait dengan test massal yang bertujuan untuk memantau dan menjalankan fungsi pengawasan (surveillance),” kata Elcid Li.

Menurut Elcid, para pembuat kebijakan, baik di level provinsi maupun kota/kabupaten perlu mengalokasikan dana secara khusus bagi para tenaga kesehatan yang bekerja secara spartan di lapangan untuk melindungi warga.

Elcid berharap agar langkah pengawasan dengan menggunakan metode test massal dapat menjadi langkah strategis untuk memutus rantai penyebaran.

“Bagaimana mungkin para petugas penelusuran kontak harus membeli pulsa sendiri, untuk melacak para kontak erat?” tanya Elcid Li. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved