Laboratorium Biokesmas Provinsi NTT Mulai Tes Massal Perdana 4 November 2020
Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat (Lab Biokesmas) Provinsi NTT siap melakukan tes massal perdana di Kupang 4 November 2020.
TRIBUN-BALI.COM, KUPANG - Kabar gembira di tengah pandemi Covid-19 datang dari tetangga Bali, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat (Lab Biokesmas) Provinsi NTT siap melakukan tes massal perdana di Kupang 4 November 2020.
Moderator Forum Academia NTT, Dominggus Elcid Li dalam rilis yang diterima Tribun Bali, Senin (2/11/2020) menyebutkan, hasil validasi dari Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Surabaya untuk 42 sampel swab yang dikirim Lab Biokesmas Provinsi NTT angkanya mencapai 99 persen akurat.
Hasil ini, kata Elcid, baru diterima Senin (2/11/2020) dan disampaikan oleh Dr. Fima Inabuy dalam rapat bersama Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Undana, dan Forum Academia NTT.
Baca juga: Ketika Duri-duri Tak Lagi Terasa
Baca juga: 5 Zodiak yang Paling Sabar, Libra Selalu Menahan Emosi dan Mencegah Terjadi Konflik
Baca juga: Pendaftaran Prakerja Gelombang 11 Mulai Dibuka Hari Ini, Berikut Kuota dan Batas Akhirnya
Menurut Dr. Inabuy, perbedaan hasil validasi 1 persen terjadi karena ada satu spesimen yang hasilnya berbeda antara swab hari pertama dan swab hari kedua.
Sesungguhnya perbedaan ini pun terdeteksi dalam pemeriksaan pool oleh Lab Biokesmas, dimana ada satu sampel yang menunjukkan hasil berbeda di dua hari pengambilan swab.
Dalam proses validasi ini, prinsipnya Lab Biokesmas melakukan pemeriksaan sejumlah sampel dengan metode pooled- qPCR, yang kemudian dicross-check dengan tes individual- qPCR oleh Lab RSUD Prof Dr W.Z Johannes dan Lab BBTKL Surabaya.
Segera beroperasi
Berdasarkan nilai akurasi yang tinggi ini maka Lab Biokesmas dapat segera beroperasi. Tes massal perdana akan dilakukan di Kota Kupang pada Rabu, 4 November 2020, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Kupang.
“Dengan hasil ini, keyakinan kami terbukti, bahwa pool test yang kami lakukan di level surveillance ketika dites secara individual pun hasilnya sama,” kata Dr.Fima Inabuy, ketua Tim Pool Test Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT.
Berkaitan dengan pelaksanaan pool test persiapan teknis administrasi perlu dilakukan.
“Kuncinya ada di pengelompokan sampel yang tepat berdasarkan Penelusuran Epidemiologi (PE) di lapangan, karena itu pengisian form PE secara lengkap akan sangat membantu proses pool-test,” kata Dr.Fima Inabuy.
Dengan meningkatnya angka transmisi lokal dan angka kematian di Provinsi NTT, maka upaya untuk mempercepat angka tes menjadi syarat mutlak untuk mendata penyebaran Covid-19.
Jumlah kasus positif dan angka kematian akibat Covid-19 di NTT terus bertambah di Kota Kupang.
“Hingga tanggal 2 November 2020 total kasus konfirmasi positif Covid-19 di NTT sebanyak 694 orang, saat ini ada 184 orang yang masih dalam perawatan (27%), sudah 502 orang sembuh (72%) dan 8 meninggal (1.2%),” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, David Mandala.
“Selama bulan Oktober terjadi kenaikan kasus dibanding bulan September 2020, total kasus konfirmasi positif Covid-19 NTT sebesar 263, lebih tinggi 14 kasus dibanding kasus September 2020 (249) atau naik 6 persen,” kata David.
Dari data yang dikumpulkan Tim Covid-19 Dinas Kesehatan Provinsi NTT, total kasus yang berasal dari transmisi lokal sebanyak 262 (38%), tertinggi di NTT, diikuti kasus dari klaster “kelompok” (sebanyak 251 orang atau 36%), pelaku perjalanan (160 orang atau 23%) dan klaster lain-lain (21 orang atau 3%).
Persiapan Pool Test
Secara umum persiapan pool test yang dilakukan sejak bulan Mei 2020 kini sudah berbuah hasil. Tim kerja yang solid yang melibatkan berbagai instansi pemerintah maupun relawan sudah siap beroperasi.
Meskipun hingga saat ini tim pool test yang dibentuk dengan SK Gubernur sudah bekerja tanpa upah, bahkan seringkali harus mencari dana swadaya untuk tetap terlibat, para laboran maupun anggota tim pool test tetap semangat.
“Yang penting kami bisa menyumbangkan tenaga untuk mencegah penyebaran Covid-19 secara meluas, sedangkan urusan upah biarlah itu menjadi pengorbanan kami,” kata Lintang, seorang laboran yang sudah bekerja sejak bulan Juni 2020.
Kondisi tanpa dana juga dikeluhkan sejumlah petugas medis yang menangani contact tracing di lapangan, khususnya di Kota Kupang.
Para petugas kesehatan mengeluhkan minimnya dukungan untuk mereka ketika melakukan pelacakan orang-orang yang mempunyai kontak erat.
“Seharusnya pemerintah serius memperhatikan kesejahteraan dan kebutuhan para tenaga kesehatan yang sudah mendedikasikan diri untuk melacak kontak yang positif, dan ini amat terkait dengan test massal yang bertujuan untuk memantau dan menjalankan fungsi pengawasan (surveillance),” kata Elcid Li.
Menurut Elcid, para pembuat kebijakan, baik di level provinsi maupun kota/kabupaten perlu mengalokasikan dana secara khusus bagi para tenaga kesehatan yang bekerja secara spartan di lapangan untuk melindungi warga.
Elcid berharap agar langkah pengawasan dengan menggunakan metode test massal dapat menjadi langkah strategis untuk memutus rantai penyebaran.
“Bagaimana mungkin para petugas penelusuran kontak harus membeli pulsa sendiri, untuk melacak para kontak erat?” tanya Elcid Li. (*)