Walau Masih dalam Suasana Pandemi, Ida Pandita Harap Upacara & Upakara Tetap Dijalankan Ikuti Prokes
Yadnya satwika adalah yadnya yang bisa memberikan tuntunan-tuntunan tattwa sesuai kaedah-kaedah sastra agama,” jelasnya kepada Tribun Bali,
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Dharmita, mengingatkan kepada umat bahwa upacara dan upakara tetap harus dijalankan sesuai protokol kesehatan (Prokes). Guna mencegah penularan virus Covid-19.
Ida pandita dari Griya Agung Sukawati ini menjelaskan, pandemi Covid-19 sudah melanda di seluruh dunia, termasuk Pulau Dewata. Sehingga semua masyarakat harus meningkatkan kewaspadaannya.
“Dalam beryadnya di Bali, hendaknya kita harus betul-betul melaksanakan yadnya yang satwika.
Yadnya satwika adalah yadnya yang bisa memberikan tuntunan-tuntunan tattwa sesuai kaedah-kaedah sastra agama,” jelasnya kepada Tribun Bali, beberapa waktu lalu.
Baca juga: UMK Badung 2021 Tak Naik, Ketua Serikat Pekerja Wayan Suyasa Sebut Kebijakan yang Masuk Akal
Baca juga: Masih Ada Perbaikan Valve, Pasokan Air Perumda Tirta Mangutama di Kuta Utara Kembali Terganggu
Baca juga: Uang Rp 1,08 M yang Diterima Boyamin Saiman Rencananya Dipakai Hadiah Bagi yang Temukan Harun Masiku
Untuk itu, dalam kondisi masih dilanda pandemi ini upacara yadnya harus juga disesuaikan.
Semisal ada upacara agama di Bali yang cukup besar, seperti patoyan di pura kahyangan tiga, pura sad kahyangan, pura panti, paibon, dan lain sebagainya.
“Maka kita harus tetap melaksanakan apa yang disebut dengan protokol kesehatan,” tegasnya.
Upacara yadnya ini harus dilaksanakan sesuai aturannya, dan tidak boleh sampai dihentikan.
“Jadi tetap harus dilaksanakan, karena kita sebagai umat Hindu, tetap eling dengan sesuhunan yang ada di Bali.
Eling atau ingat dengan para leluhur, bhatara-bhatari dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” katanya.
Upacara yadnya, khususnya Dewa Yadnya jangan sampai dihentikan.
“Sebab upacara-upacara ini sangat penting, bagi perlindungan terhadap rakyat Bali. Dari masalah dan malapetaka, serta penyakit yang ada di tubuh atau lingkungan kita,” jelasnya.
Harapannya, upacara dan yadnya suci ini mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat Bali.
Namun dalam pelaksanaannya, karena di masa pandemi harus tetap memenuhi protokol kesehatan.
Protokol ini, bagaimana seorang prajuru di desa adat membagi tugas.
Baca juga: Laporkan Akun FB Nanang Kelor ke Polda Bali, AWK: Saatnya Saya Bertindak
Baca juga: Messi Berpeluang Geser Posisi Ronaldo Sebagai Raja Penalti Liga Champions
Baca juga: Frank Lampard Pastikan Hanya Kai Havertz yang Positif COVID-19 di Chelsea
“Kalau misalnya ada upacara yang cukup besar dengan piranti yang lebih besar, atau upacara kecil tetap harus dilaksanakan,” tegasnya.
Pasalnya, tidak ada kepastian kapan Covid-19 ini akan berakhir. Walau harapan semua orang, Covid-19 ini segera berakhir.
“Masalah pujawali hendaknya tetap dilaksanakan, ini sebenarnya tugas para prajuru dan bendesa adat di wilayah masing-masing.
Misalnya dalam waktu satu hari atau dua hari piodalan itu, maka bisa dibagi,” jelasnya.
Jika dalam sebuah desa adat, ada ada 7 banjar tidak perlu semua kepala keluarga turun. Sebab tetap harus menjaga social distancing.
Apalagi jika dari 7 banjar itu, per banjar ada 100 orang tentu tidak semuanya bisa datang.
Sehingga bisa dibagi untuk perwakilan masing-masing banjar yang ke pura.
“Ini karena penyebaran Covid-19 melalui droplet, bisa dari sentuhan tangan dan sebagainya. Sementara kita tidak tahu siapa yang sudah terkena,” jelasnya.
Sehingga di pura diatur agar tidak sampai berjejal dan berkumpul.
“Makanya tetap jaraknya satu meter, bahkan kalau bisa dua meter,” sebutnya. Bagi ida pandita, manusia diberikan logika untuk berpikir yang baik dan benar.
“Kita punya bayu, sabda, dan idep. Ini untuk bagaimana pikiran kita yang bagus, bagaimana menggunakan pemikiran yang bijaksana, bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk itu makanya kita punya wiweka,” katanya.
Ida pandita mengajak umat, agar tetap mendengarkan arahan pemerintah dan tenaga medis. Kemudian selain menerapkan protokol kesehatan, masyarakat harus makan makanan bergizi serta menjaga kesehatannya.
“Gunakan wiweka kita, jangan sampai ada klaster Covid baru,” tegasnya.
Untuk kaula muda, agar tidak minum-minum dan berkumpul sampai pagi demi saling menjaga di masa pandemi ini. (*)