Viral Video Syur Mirip Artis Gisel, Sosiolog Unud Ingatkan Teknologi Bisa Mengkhianati
Kasus video syur yang viral karena menampakkan wajah mirip artis Gisella Anastasia mendapat banyak cuitan dari warganet hingga menjadi trending topic
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kasus video syur yang viral karena menampakkan wajah mirip artis Gisella Anastasia mendapat banyak cuitan dari warganet hingga menjadi trending topic di Twitter pada Sabtu (7/11/2020) hingga Minggu (8/11/2020).
Fenomena ini juga menggelitik Sosiolog Universitas Udayana Bali Wahyu Budi Nugroho untuk menilik ramainya perbincangan terkait persebaran video asusila itu di kalangan masyarakat dari sudut perkembangan teknologi.
Pria yang karib disapa Wahyu ini mengatakan, ada satu kisah menarik ketika antropolog Levi Strauss meneliti Suku Indian Navaho di pedalaman Amerika Serikat.
Baca juga: Desa Taman Tangani Covid-19 Secara Gotong Royong, Warga Bantu Beri Makan Ternak
Baca juga: Tersenggol Motor Vario, Mobil Splash Masuk Parit di Payangan
Baca juga: Operasi Senyap Densus 88 Tangkap 4 Terduga Teroris di Lampung, Berencana Lakukan Aksi di Jawa
Ketika penelitian Strauss telah selesai, ia memberikan kamera polaroid kepada kepala Suku Indian Navaho di sana.
Sontak, sang kepala suku bertanya, “Untuk apa benda ini?”.
"Kemudian Strauss menjelaskan bahwa benda ini—kamera polaroid—berfungsi untuk mengabadikan berbagai momen indah dalam hidup sambil ia mempraktikkan cara penggunaannya," tutur Wahyu kepada Tribun Bali.
Tak disangka, sebut Wahyu, kepala suku tersebut langsung marah dan membentak Strauss.
Baca juga: Mata Masih Terbuka, Wanita Berparas Cantik yang Diduga Sosialita Ditemukan Tergeletak, Ini Cirinya
Baca juga: Gisella Anastasia hingga Syahrini, Ini 5 Artis Pernah Kena Tuduhan Terlibat Skandal Video Panas
Baca juga: Sempat Pulang Lebih Awal Karena Pandemi, 498 Warga Bali Telah Bekerja ke Luar Negeri
“Kamu pikir saya tidak bisa mengingat momen-momen indah dalam hidup di kepala saya?!," tutur dia.
Mendengar kata-kata tersebut, Strauss terkaget dan tiba-tiba menyadari betapa masyarakat modern telah begitu bergantung pada teknologi, bahkan untuk momen-momen yang bersifat intim dan individual sekalipun.
“Ketergantungan akut pada teknologi, itulah yang kiranya kini sedang mendera masyarakat kita. Memang teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia, bahkan ada yang menyebut jika teknologi merupakan perpanjangan organ manusia," paparnya.
Ia menganalogikan, teleskop adalah perpanjangan mata, kamera perekam adalah perpanjangan ingatan atau memori, mic adalah perpanjangan mulut manusia, dan lain-lain.
Baca juga: Luapan Kebahagiaaan atas Kemenangan Bersama Biden, Kamala Harris: Hari Baru Bagi Amerika
Baca juga: Gebyar Ops Simpatik di Renon Denpasar, Polisi Tutup Kegiatan Ops Zebra Lempuyang 2020
Akan tetapi, jika kita terlalu bergantung pada teknologi, bahkan untuk momen-momen yang bersifat intim atau personal sekalipun; teknologi seakan justru bisa mengkhianati kita.
"Ini kiranya tampak lewat tersebar luasnya video mesum mirip artis ibukota belakangan ini," jelasnya.
Menurutnya, teknologi audio-visual memang berfungsi untuk merekam atau mengabadikan momen-momen indah dalam kehidupan sehari-hari, namun seharusnya masyarakat juga dapat menimbang dan membatasi momen-momen atau kejadian apa saja yang bisa direkam melaluinya.