Diawali Matur Piuning, Prosesi Maboros Mulai Dilakukan Subak Badung dalam Rangkaian Ngaben Bikul
Setelah ditetapkannya hari baik untuk melaksanakan ngaben bikul, kini Subak di Kabupaten Badung mulai melaksanakan maboros atau menangkap tikus
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG – Setelah ditetapkannya hari baik untuk melaksanakan ngaben bikul, kini Subak di Kabupaten Badung mulai melaksanakan maboros atau menangkap belut atau tikus yang akan diaben.
Setiap subak di Badung harus membawa bikul dengan jantan dan betina untuk diaben.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung, Wayan Wijana saat dikonfirmasi mengatakan, kini subak disarankan untuk menangkap tikus yang akan diaben.
Menurutnya, setiap subak akan menangkap tikus sepasang yakni jantan dan betina.
Baca juga: Pengakuan Kadek Yasa Tersangka ke-11 yang Nekat Setubuhi di Gubuk Siswi SMP di Buleleng,Terhasut Ini
Baca juga: Jumat Ceria, Polwan Satlantas Jembrana Bagikan Nasi Bungkus untuk Kusir hingga Juru Parkir
Baca juga: 7 ABK Langgar Prokes di Pelabuhan Benoa, Petugas Berikan Hukuman Push Up
“Proses penangkapan tikus pun juga melakukan hari baik. Sehingga proses pengabenan tikus yang merupakan hama di sawah bisa dilaksanakan dengan baik,” jelasnya.
Saat meboros bikul, pihaknya subak diminta untuk melakukan atur piuning terlebih dulu, atau memohon keselamatan.
Proses meboros subak itu pun dikoordinasi langsung oleh Majelis Madya Subak Kabupaten Badung.
“Ritual menangkap tikus sebagai sarana ngaben bikul tidak boleh dilakukan sembarangan namun dilakukan sesuai pengider arah mata angin dan diupayakan untuk mendapatkan bikul jantan dan betina,” tegasnya kembali.
Baca juga: China Ucapkan Selamat Kepada Presiden Amerika Serikat Terpilih Joe Biden, Rusia dan Meksiko Kapan?
Baca juga: RUU Pelarangan Minuman Beralkohol Hendaknya Tak Rugikan Pariwisata Bali
Baca juga: BPR Lestari Bali Kembangkan LestariMobile, Nasabah Bisa Buka Deposito di Hari Libur
Wijana menjelaskan menurut informasi yang didapat dari Majelis Madya Subak, Semua Subak yang ada di Kabupaten Badung sudah ditugaskan mencari sepasang bikul tersebut.
“Paling terakhir atau paling lambat dikumpulkan kepada panitia pada tanggal 18 November 2020 di pantai Seseh, Kecamatan Mengwi Badung,” jelasnya.
“Sesuai proses ngaben pada umumnya, tanggal 18 November itu akan dilakukan upacara ngeringkes. Upacara ngeringkes ini dilakukan sama dengan upacara pembersihan dan penyucian, dengan harapan hama tikus tidak mengganggu lahan pertanian,” jelasnya.
Setelah upacara ngeringkes, keesokan harinya baru dilaksanakan upacara pengabenan bikul tersebut.
Disinggung mengenai jumlah subak yang ada di Badung Mantan Kabag Organisasi dan Tata Laksana Setda Badung mengatakan 215 subak, yang terdiri dari Subak yeh sebanyak 121 dan subak abian sebanyak 94.
Baca juga: Ciptakan Situasi Kondusif, Jajaran Polres Badung Gelar Apel Pasukan di Terminal Tipe A Mengwi
Baca juga: Sang Paman Bongkar Pengaruh Buruk Lionel Messi pada Anjloknya Performa Antoine Griezmann
“Jalur niskala ini kami tempuh dengan harapan hasil pertanian di Badung melimpah, tanpa adanya gangguan hama,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Badung akan melaksanakan ngaben bikul pada 19 November 2020 mendatang.
Jalur niskala ini dipilih sebagai upaya mengusir hama pada lahan pertanian di Badung.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha dipilihnya pada 19 November 2020 mendatang, lantaran dipandang hari baik untuk mengusir semua jenis Hama.
"Jadi ngaben bikul akan kita laksanakan di Pantai Seseh, Mengwi, Badung. Bahkan prosesi itu nantinya akan diikuti OPD terkait dan pihak subak yang ada di Badung," ungkapnya.
Disinggung mengenai prosesi ngaben tersebut, prosesnya sama dengan ngaben pada umumnya.
Hanya saja bikul atau tikus yang akan diaben nanti dilakukan secara simbolis yang jantan dan betina.
"Kalau sarana dan prasarananya seperti bantennya lebih besar ngaben bikul. Karena menggunakan lima sayut. Ini kan ngaben jagat untuk semua hama yang ada di tanah atau lahan masyarakat yang ada di Badung," jelasnya.
Setelah ngaben, nantinya akan ada prosesi nganyut di Pantai Pererenan.
Seusai nganyud, akan ada acara nunas tirta (mengambil air suci) di segara atau pantai. Nah air suci tersebutlah akan dibagikan ke semua krama subak untuk dipercikkan ke semua lahan persawahan yang ada di Badung.
"Jadi semua subak akan dibagikan air suci atau tirta ini, dengan harapan petani memercikan ke sawahnya dan berdoa agar hama hilang dan hasil panen bisa maksimal," ucapnya sembari mengatakan ada dua tirta akan didapatkan yakni tirta dari laut dan tirta dari pura-pura jagat yang ada di Badung. (*)