1 Anak di Buleleng Tewas Keracunan Ikan Buntal, Fakta Racunnya 200 Kali Lebih Berbahaya dari Sianida
Nyawa Putu Ayu tidak tertolong, sedangkan Ketut Alisya Tini sedang menjalani perawatan di RSUD Buleleng.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Kambali
Setidaknya 295 jatuh sakit setelah mengonsumsi ikan buntal dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dan 3 di antaranya meninggal, dilansir dari The Asahi Shimbun.
80 persen kasus keracunan terjadi di rumah.
Sebagian besar korban adalah pemancing yang dengan terburu-buru mencoba menyiapkan tangkapan mereka di rumah sendiri.
Keracunan tetrodotoksin digambarkan memiliki efek yang bekerja cepat dan ganas.
Mula-mula mati rasa di sekitar mulut, kemudian lumpuh, akhirnya kematian.
Baca juga: Kawah Oro-oro Kesongo di Blora Meletus Tiba-tiba, 18 Kerbau Terhisap ke Tanah & 4 Warga Keracunan
Sementara itu Kepala Loka POM Buleleng, Bali Made Ery Bahari menjelaskan, ikan buntal sejatinya jenis ikan yang mengandung racun tetrodotoksin yang mematikan.
Racun-racun tersebut terletak di bagian hati, ovarium, kulit, dan usus dari ikan tersebut.
Orang-orang yang mengolah ikan buntal menjadi makanan sebut Ery tidak boleh sembarangan, karena jika salah dalam mengolah, kandungan racun yang terdapat di ikan buntal tersebut 60 persen dapat menyebabkan kematian.
Baca juga: 6 Bahan Makanan Ini Tidak Boleh Dimakan Mentah, Sebabkan Keracunan hingga Mengganggu Pencernaan
2. Tradisi makan fugu di Jepang
Tradisi orang Jepang sering kali menyantap fugu saat musim dingin.
Hal ini menjadi sebuah keharusan seperti menyantap unagi di tengah musim panas.
Mengutip Business Insider, orang Jepang memakan 10.000 ton ikan buntal pertahunnya.
Selain itu di high season untuk ikan ini harganya bisa melambung sangat tinggi, mulai dari 265 dollar US per kilonya atau setara dengan Rp 3,7 juta.
Terdapat 120 spesies dari ikan ini, tetapi terdapat satu yang sering dimakan yaitu jenis torafugu.
Namun, jenis ini malah yang paling mahal dan yang paling beracun.