Rangkaian Ngaben Bikul di Badung, Hari Ini Semua Tikus Dikumpulkan dan Digelar Upacara Ngeringkes

Proses pengabenan yang dilakukan pemkab Badung melalui Dinas Kebudayaan dan Majelis Madya Subak sudah mulai disiapkan.

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
Beberapa panitia pengabenan saat mempersiapkan prosesi ngeringkes untuk ngaben bikul yang dilaksanakan di Pantai Seseh, Munggu, Mengwi, Badung, Rabu (18/11/2020) 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Pemerintah Kabupaten Badung mulai melakukan pelaksanaan ngaben bikul di Pantai Seseh, Desa Munggu Kecamatan Mengwi, Badung.

Bahkan semua bikul (tikus) dikumpulkan untuk dilakukan upacara ngeringkes pada Rabu (18/11/2020).

Dari pantauan Tribun Bali di lokasi, Proses pengabenan yang dilakukan pemkab Badung melalui Dinas Kebudayaan dan Majelis Madya Subak sudah mulai disiapkan.

 Bahkan panitia sudah mempersiapkan sarana dan prasarana untuk semua kegiatan upacara.

Baca juga: Update Jumlah Kumulatif Kasus DBD di Provinsi Bali: Penderita 10.784 Orang,Korban Meninggal 21 Orang

Baca juga: Tiga Fraksi di DPRD Bali Tegas Tolak RUU Pelarangan Minuman Beralkohol

Baca juga: Sarasehan Pusterad dengan Media Massa, Bahas Berita Hoaks Ancaman Bagi Negara

Upacara ngeringkes sendiri, bermakna untuk menyucikan tikus.

Pada proses tersebut, tikus dipilih sesuai jenis kelaminnya.

 Setelah itu dimandikan dan dibungkus dengan kain kafan dan diberikan aksara suci. Tikus yang akan diaben itu selanjutnya akan dibakar pada proses pengabenan pada Kamis (19/11/2020).

Salah satu panitia yang ditemui di lokasi mengatakan, pengabenan yang dilakukan tingkatannya dinamai pengabenan sawa prateka.

Sarwa prateka ini dinilai bisa memberikan jalan kepada tikus untuk hidup yang lebih baik kemudian hari.

“Jadi ini pengabenan sarwa prateka madya, atau kita sebut mreteka merana (mengupacarai hama penyakit),” jelasnya.

Dijelaskan Mreteka Merana terdiri dari dua kata yaitu kata Mreteka dan kata Merana.

Mreteka artinya mengupacarai, Merana artinya hama penyakit.

Tujuan dari upacara ini adalah untuk menyucikan roh/atma hama penyakit supaya kembali ke asalnya sehingga tidak kembali menjelma ke bumi sebagai hama penyakit dan merusak segala jenis tanaman yang ada di bumi, khususnya tanaman padi.

“Pengabenan ini merupakan salah satu dari upacara nangluk merana di Bali atau yang disebut juga ritual penolak bala,” ungkapnya.

Baca juga: Fraksi Golkar DPRD Bali Desak Gubernur Koster agar Pemprov Beri Layanan Rapid Test dan Swab Gratis

Baca juga: Termasuk Gemini, 4 Zodiak Ini Hobi Stalking IG Mantan Untuk Sekedar Menghilangkan Rasa Penasaran

Baca juga: Spanyol Vs Jerman, La Furia Roja Pesta 6 Gol dan ke Semifinal, Berikut Ini Hasil UEFA Nations League

Disisi lain, Majelis Madya Subak kabupaten Badung, Made Suka  mengatakan persiapan upacara pengabenan sudah dilakukan dari Rabu (11/11/2020).

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved