Siswa, Guru hingga Orangtua di Kota Denpasar Ini Antusias Sambut Belajar Tatap Muka
Sekolah dengan tatap muka akan berlangsung pada Bulan Januari Tahun 2021 mendatang. Sebelumnya sekolah tatap muka ini digagas oleh Menteri Pendidikan
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Sekolah dengan tatap muka akan berlangsung pada Bulan Januari Tahun 2021 mendatang.
Sebelumnya sekolah tatap muka ini digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim dengan memberikan wewenang kepada Pemda.
Sekolah tatap muka pada Tahun 2021 ini mendapat beberapa tanggapan.
Terutama pada guru, siswa dan orang tua.
Seperti salah satu guru yang mengajar di salah satu Sekolah Dasar Kota Denpasar, Ni Putu Nuristya Dewi mengatakan, dengan adanya sekolah tatap muka ini diharapkan dapat membuat proses pembelajaran yang sempat tersendat akibat Covid-19 dapat berjalan dengan normal kembali.
Baca juga: Jelang Pembelajaran Tatap Muka, Ortu Siswa SD di Denpasar Minta Sekolah Dibuka Berjenjang
Baca juga: Di KTT G20, Jokowi Serukan agar Vaksin Covid-19 Bisa Diakses Semua Negara Tanpa Terkecuali
Baca juga: Cristiano Ronaldo Jadi Pemain Tersubur Keempat di Dunia, Messi ke-7
Ia juga turut memberikan tanggapan bagaimana selama proses pembelajaran melalui daring.
"Menurut saya pembelajaran selama pandemi kurang efektif. Pembelajaran online atau istilahnya daring kurang efektif karena pembelajaran kurang tertuju pada sasaran yaitu siswa. Kebetulan saya guru pada jenjang SD yang mana anak-anak SD belum full difasilitasi dengan HP/PC ini juga menyebabkan pembelajaran kurang efektif," ujarnya dengan, Tribun Bali pada Minggu (22/11/2020).
Selain itu, selama pembelajaran daring ini khususnya pada siswa yang masih mengenyam pendidikan sekolah dasar, dibantu oleh orang tua selama siswa belajar di rumah. Sehingga banyak orang tua yang mengeluh dengan kondisi ini.
"Keluhan orang tua sendiri karena kesulitan mengajar anak-anaknya, selain itu waktu untuk mengajar anak selama di rumah tidak bisa full harus di bagi dengan waktu bekerja sehingga tugas-tugas kadang dikumpul tidak tepat waktu," sambungnya.
Baca juga: Dikejutkan Uang Pecahan Seratus Ribu Rp 23 Juta Tersebar di Aliran Irigasi, Warga Plumbon: Uang Asli
Baca juga: Iba Hati Si Pengemudi CBR1000RR Melihat Kondisi Sopir Daihatsu Ayla, Tolak Ganti Rugi Rumah & Damai
Selama proses pembelajaran dirumah, kuota internet untuk guru dan siswa mendapat subsidi dari Kementrian Pendidikan.
Akan tetapi penyebaran kuota sendiri untuk guru dan murid belum merata.
Ia pun turut berharap semoga pembelajaran di semester selanjutnya di tahun 2021 sekolah sudah di buka dan siswa bisa belajar secara bertatap muka dengan guru-guru.
Beberapa persiapan pun telah disiapkan oleh sekolah ketika nantinya pembelajaran tatap muka dimulai.
"Persiapannya sudah disiapkan tempat cuci tangan, sabun, masker untuk kesehatan siswa jika sekolah sudah dibuka," tambahnya.
Baca juga: Di KTT G20, Jokowi Serukan agar Vaksin Covid-19 Bisa Diakses Semua Negara Tanpa Terkecuali
Baca juga: Sisi Lain Persidangan Jerinx: Eka Widanta Turun Langsung, Kawal Jerinx Hingga Sidang Terakhir
Sama halnya dengan tanggapan guru, salah seorang siswa SMP di Denpasar, Ni Komang Mega Tri Utari, juga sangat antusias menyambut adanya pembelajaran tatap muka yang akan dilaksanakan pada Tahun 2021.
"Sangat senang ya, apalagi sudah lama tidak sekolah, kangen sama suasana sekolah dan teman-teman," kata, Mega.
Mega juga mengatakan selama pembelajaran daring, ia merasa kesusahan karena tidak adanya langsung bimbingan dari guru. Selain itu ia juga harus membeli kuota internet yang lebih untuk belajar online.
"Kemarin-kemarin pas belajar online susah karena tidak adanya bimbingan langsung dari guru, semuanya online jadi kadang kurang paham sama pelajarannya. Dan kuota juga belinya harus lebih untuk belajar online," tambah, Mega.
Sementara itu, Novita Sari selaku orang tua siswa menyambut belajar online ini dengan sangat setuju. Menurutnya terlalu lama belajar di rumah membuat interaksi anak terbatas.
"Saya selaku orang tua setuju dengan adanya pembelajaran tatap muka. Karena terlalu lama di rumah juga tidak baik untuk anak-anak karena interaksi mereka terbatas dengan orang di rumah, padahal mereka kan perlu bersosialisasi juga dengan teman sepermainan," terang, Novi.
Novi juga menambahkan, selain itu tidak semua orang tua memiliki kemampuan mengajar atau punya waktu untuk mengajarkan anak-anaknya di rumah.
"Jadi kalau nanti mereka bersekolah seperti biasa lagi, penting untuk ditekankan kembali perihal pelajaran ke anak-anak," sambung Novi.
Ibu dari dua anak ini juga mengatakan, menurut informasi yang ia dengar anak-anak yang belajar langsung di sekolah nantinya tidak semua murid langsung masuk ke sekolah semua.
Namun hanya ada beberapa persen murid. Sehingga protokol kesehatan masih tetap dapat diterapkan, dan nantinya mereka dalam pengawasan guru. (*)