Jelang Pembelajaran Tatap Muka, Ortu Siswa SD di Denpasar Minta Sekolah Dibuka Berjenjang
Sebagai orang tua yang anaknya masih SD, dirinya meminta agar pelaksanaan sekolah tatap muka ini dilaksanakan berjenjang.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wacana pembelajaran tatap muka dan pembukaan sekolah mulai Januari 2021 mendatang mendapat berbagai respons dari orangtua siswa.
Seperti diketahui, pelaksanaan pembelajaran tatap muka tersebut mulai bisa dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021.
Pembukaan sekolah ini pun tidak tergantung pada zona wilayah pada masing-masing daerah.
Terkait rencana tersebut, salah seorang orang tua siswa yang tinggal di Denpasar, Wayan Sugiarta menyambut baik hal itu.
Akan tetapi, sebagai orang tua yang anaknya masih SD, dirinya meminta agar pelaksanaan sekolah tatap muka ini dilaksanakan berjenjang.
“Secara umum saya menyambut baik, tapi kalau bisa dilaksanakan berjenjang. Mungkin di awal lakukan untuk siswa pada jenjang SMA dan SMP. Kalau itu sudah aman, baru menyentuh jenjang yang lebih rendah,” kata Sugi yang tinggal di Kelurahan Panjer saat dihubungi, Minggu (22/11/2020) siang.
Menurutnya, jika semua jenjang dilaksanakan berbarengan, bisa berdampak kurang baik, apalagi untuk SD dan TK serta PAUD, karena mereka membutuhkan pengawasan yang lebih ketat ketimbang siswa SMP dan SMA.
“Jadi kalau SMA dan SMP sudah aman penerapan protokol kesehatannya, sudah ketat, baru berlanjut ke siswa SD, TK dan PAUD,” imbuhnya.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka di Januari 2021 Diperbolehkan Bagi Sekolah yang Telah Memenuhi Syarat Ini
Selain itu, ia juga meminta agar setiap saat ada petugas khusus sejenis Satgas atau Gugus Tugas yang melakukan pengecekan ke sekolah-sekolah.
Jangan sampai Dinas Pendidikan hanya menerima laporan aman dari pihak sekolah tanpa melakukan kontrol langsung.
“Misalkan awal pelaksanaan sekolah tatap muka, rutin dilaksanakan pengontrolan tersebut. Jika sekolah sudah benar-benar menerapkannya bisa diperlonggar dengan pengontrolan seminggu sekali atau sebulan beberapa kali saja. Ini demi keamanan anak-anak juga,” katanya.
Dikarenakan masih pandemi Covid-19 dan sekolah akan menerapkan sistem shift, ia juga meminta sekolah mengeluarkan jadwal agar bisa mengatur terkait dengan antar jemput anaknya.
“Sebelum pandemi kan berjalan biasa, jadi sudah tahu kapan sekolah kapan dijemput. Karena sekarang beda, jadwal ini penting agar kami bisa mengantar dan menjemput dan bisa menyesuaikan dengan pekerjaan kami,” katanya.
Selama pembelajaran dengan sistem daring ini, Sugi mengaku cukup kerepotan untuk membagi waktu antara menemani anaknya belajar daring dengan bekerja.
Baca juga: Soal Kebijakan Belajar Tatap Muka Saat Pandemi Covid-19, Ini Pesan Doni Monardo