KTT G20
Terkait Pemulihan Ekonomi Negara G20 Termasuk Indonesia, Sri Mulyani Sebut Kondisinya Sangat Rapuh
mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengakui, pembalikan ekonomi negara G20 masih sangat rapuh, dan jauh dari titik normal.
Adapun mata uang bergerak melemah antara lain rupee India 0,46 persen, baht Thailand 0,13 persen, dolar Singapura 0,07 persen, dan baht Thailand 0,13 persen.
"Rupiah hari ini berpotensi bergerak di kisaran Rp 14.520-Rp14.600 per dolar AS," prediksi Ariston.
Sebelumnya diberitakan, BPS akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2020, Kamis (5/11/2020).
Pengumuman ini sangat dinanti. Sebab, ekonomi RI akan dinyatakan resesi jika pertumbuhan kembali minus.
BPS sebelumnya merilis pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II 2020 minus 5,32 persen (year on year/yoy).
Suatu negara baru dikatakan mengalami resesi setelah mengalami kontraksi PDB dalam dua kuartal beruntun secara tahunan.
Pemerintah RI sendiri sudah melakukan berbagai upaya agar kontraksi pertumbuhan ekonomi tidak terlalu dalam, melalui pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pemberian insentif, bantuan sosial, dan lainnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III di kisaran minus 1 persen hingga minus 2,9 persen, dan keseluruhan tahun di minus 0,6 persen hingga minus 1,72 persen.
Dia optimistis ekonomi bisa tumbuh hingga 5 persen di kuartal akhir 2020, didorong belanja pemerintah.
"Kita akan lihat sampai kuartal IV nanti tetap terjaga di sekira 5 persen pertumbuhannya."
"Tentu dengan asumsi bahwa seluruh momentum belanja dan eksekusi belanja PEN (pemulihan ekonomi nasional) dan KL (kementerian dan lembaga) tetap terjaga," ujarnya saat konferensi pers virtual, Selasa (27/10/2020).
Sementara dari sisi konsumsi rumah tangga, pemerintah memproyeksikan di dua kuartal terakhir 2020 bisa kembali ke titik nol persen dari minus dalam di kuartal II.
"Dari kuartal III hingga kuartal IV, kita harapkan akan mulai dekati titik nol persen."
"Kalau di kuartal II konsumsi rumah tangga alami kontraksi minus 5,5 persen," papar Sri Mulyani.
Tak Perlu Panik
Direktur Riset CORE (Center of Reform on Economics) Piter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV juga kemungkinan masih mengalami minus.
"Apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka Indonesia pada bulan Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi," kata Piter kepada wartawan Rabu (5/8/2020).
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi dipastikan negatif.
Piter menegaskan resesi menjadi sebuah kenormalan baru, saat ini semua negara diyakini tinggal menunggu waktunya saja untuk menyatakan secara resmi sudah mengalami resesi.
"Semua negara berpotensi mengalami resesi."
"Perbedaannya hanya masalah kedalaman dan kecepatan recovery."
"Negara-negara yang bergantung kepada ekspor, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi sangat tinggi akan mengalami double hit."
"Sehingga kontraksi ekonomi akan jauh lebih dalam," terangnya.
Piter mengimbau jika resesi benar terjadi, masyarakat jangan panik.
Dia bilang yang lebih penting bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi.(*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Menkeu Sri Mulyani: Ekonomi Masih Sangat Rapuh"