Puluhan Ribu Orang Antre untuk Melihat Peti Jenazah Diego Maradona
Saat hari mulai gelap, legenda sepak bola itu dimakamkan setelah pihak keluarga dan teman-teman dekat
TRIBUN-BALI.COM - Kerumunan massa mengucapkan perpisahan terakhir kepada putra tercinta mereka, Diego Armando Maradona, sebelum ia dimakamkan di luar ibukota Buenos Aires, Kamis (26/11/2020) waktu setempat.
Saat hari mulai gelap, legenda sepak bola itu dimakamkan setelah pihak keluarga dan teman-teman dekat melakukan upacara pemakaman di pemakaman Bella Vista, di luar Buenos Aires.
Meninggalnya Maradona pada usia 60 tahun pada 25 November 2020 akibat serangan jantung telah menimbulkan gelombang rasa duka di seantero dunia.
"Menurut saya, Diego abadi. Menurut saya, ia tidak akan pernah mati dalam diri kami. Saya merasa sangat sedih untuk orang yang telah membuat kami sangat bersuka cita," kata pengemudi bus Antonio Avila di luar pemakaman, seperti disampaikan kepada AFP.
Baca juga: Jose Mourinho Merindukan Panggilan Telepon dari Diego Maradona
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Besok Sabtu 28 November 2020, Libra Memikat, Cancer Bepergian, Leo Sensitif
Baca juga: Donald Trump Siap Tinggalkan Gedung Putih
Suasana perpisahan yang damai di pemakaman bertolak belakang dengan reaksi massa di sejumlah tempat saat jenazah Maradona diberangkatkan dari Buenos Aires.
Di sana, polisi anti huru-hara melepaskan gas air mata dan peluru karet saat mereka bentrok dengan massa. Situasi yang sempat berpotensi mencoreng masa-masa berduka untuk sang pahlawan.
Puluhan ribu orang ucapkan perpisahan
Puluhan ribu orang telah mengantre sejak dini hari untuk melihat peti mati Maradona, yang dihiasi bendera Argentina dan seragam bernomor punggung 10, di istana presiden Argentina.
Namun seiring berlalunya waktu, para penggemar yang mengantre menjadi tidak sabar, dan memaksa masuk.
Petugas keamanan kemudian harus memindahkan peti mati Maradona ke ruangan lain karena alasan keamanan.
Meski sudah terdapat pengumuman resmi bahwa jenazah Maradona akan disimpan beberapa jam lebih lama di tempat itu, pejabat yang berwenang kemudian mengunci pintu-pintu, dan polisi anti huru-hara bentrok dengan para penggemar yang melempari batu ke arah polisi dari jalan-jalan di sekitar istana.
Polisi kemudian harus menahan beberapa orang.
Kemudian, peti mati Maradona yang telah dibungkus bendera dibawa ke gerbang istana dan menuju jalan-jalan di Buenos Aires, sebelum dibawa ke tempat pemakaman.
Roy Hodgson Mengenang Maradona
Manajer Crystal Palace, Roy Hodgson, mengaku tetap memiliki kenangan yang banyak akan mendiang Diego Maradona, kendati dalam kariernya di dunia sepak bola ia tak pernah beririsan langsung dengan legenda Argentina tersebut.
Bagi Hodgson salah satu irisan terdekatnya dengan Maradona adalah ketika ia masih menangani Malmo FF dan klub Swedia itu memainkan laga persahabatan melawan Granada, yang diperkuat adik pertama Maradona, Lalo, pada 15 November 1987.
Kala itu, bukan saja Maradona datang bersama adik bungsunya, Hugo, untuk menyaksikan Lalo tampil, tetapi juga ikut merumput, sehingga trio Maradona bersaudara tampil membela Granada.
"Waktu itu jeda internasional musim dingin dan kami diminta menghadapi Granada, yang waktu itu masih berada di kasta kedua Liga Spanyol," kata Hodgson mengenang dilansir dari laman resmi Palace, Jumat (27/11/2020).
"Kami tidak tahu detailnya seperti apa, tetapi tiba-tiba kami mendapati informasi Diego Maradona akan ambil bagian dalam pertandingan itu."
"Adiknya, Lalo, baru saja bergabung dengan Granada, sehingga Diego dan Hugo datang dari Napoli untuk ikut bermain. Itu adalah momen saya bisa melihat Maradona dari jarak paling dekat dan itu kenangan pribadi tentang dia," ujarnya.
Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan Granada 3-2 dan Diego turut mencetak satu gol dari eksekusi tendangan bebas ke gawang Malmo.
Laga itu kelak kesohor sebagai El Dia de los Tres Maradonas alias Hari Tiga Maradona yang dikenang dalam sejarah Granada.
Di luar laga tersebut, Hodgson lebih banyak mengagumi kepiawaian Maradona dari jauh atau dari cerita orang-orang yang pernah berbagi tempat dengan sang legenda.
"Waktu saya menangani Inter Milan, pelatih kiper saya Luciano Castellini merupakan kiper Napoli di era Maradona dan ia selalu punya cerita-cerita fantastis tendang Maradona dan semuanya positif," kata Hodgson.
Sumber: antaranews.com