Human Interest Story

Kisah Pilu Nenek Lanjut Usia, Tinggal Sebatang Kara Tanpa Suami dan Anak di Sebuah Rumah Reot

Perempuan berusia lanjut itu kini justru masih membanting tulang dalam kesendirian di rumah reot miliknya.

Editor: Wema Satya Dinata
Warta Kota
Nenek Sukarmi (73) warga Kampung Cigereung RT 10 / RW 03 Desa Pabuaran, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang. 

TRIBUN-BALI.COM - Usia senja bagi sebagian orang merupakan waktunya untuk beristirahat sambil menikmati masa tua bersama keluarga.

Namun tidak halnya Nenek Sukarmi (73) warga Kampung Cigereung RT 10 / RW 03 Desa Pabuaran, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang.

Perempuan berusia lanjut itu kini justru masih membanting tulang dalam kesendirian di rumah reot miliknya.

Suaminya, Abah Asep (78) diketahui sudah meninggal lebih dari 20 tahun silam.

Baca juga: 26 Personel Tewas Akibat Serangan Bom Bunuh Diri di Pangkalan Militer Afghanistan

Baca juga: Bahas Ranperda PDAM Tirta Mahottama, Legislatif & Eksekutif Cari Solusi atas Masalah Pelayanan PDAM

Baca juga: UGM Juara Umum Pimnas ke-33, Berhasil Pertahankan Gelar Sejak 2018

Sedangkan anak pertamanya, Neneng (43) tidak pernah menjenguk Nenek Sukarmi sudah hampir lima tahun lamanya.

Begitu juga dengan anak keduanya, Dede (38) yang merantau ke daerah Jawa timur dan lebih dari 18 tahun tidak ada kabar.

"Semoga saja kedua anak saya bisa peduli dan melihat kondisi saya saat ini. Biar saya bisa bertemu kembali dengan kedua anak saya," ucapnya.

Tidak hanya hidup sebatang kara, tanpa seorang anak dan suami, nenek Sukarmi tinggal jauh terpelosok tanpa tetangga.

Sekeliling rumahnya yang kini kian lapuk di makan usia itu berupa kebun singkong dan ilalang serta rumpun bambu.

Menjalani takdir kehidupan seorang diri, Nenek Sukarmi harus berjalan jauh dari rumahnya ke tengah perkampungan.

Dirinya mengais tempat sampah untu mencari botol atau gelas plastik air kemasan.

Barang rongsok itu menjadi satu-satunya sumber pendapatan Nenek Sukarmi.  

Sedikitnya uang yang didapat dari hasil penjualan botol plastik bekas, Nenek Sukarmi tidak jarang harus menahan lapar.

Terkecuali ada tetangganya yang rela berjalan jauh dan membawakannya makanan.

Baca juga: Dimas Ramadhan Ngaku Capek Jadi Artis, Begini Tanggapan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina

Baca juga: Ramalan Zodiak Karier Besok 30 November 2020: Gemini Pakai Logika, Aquarius Atasi Masalah

Baca juga: Ramalan Zodiak Karier 30 November 2020, Virgo Bekerjalah dengan Efektif, Capricorn Jangan Putus Asa

Jauh dari kehangatan keluarga serta anak cucu, nenek Sukarmi tetap mandiri di tengah kesendiriannya.

Wanita lanjut usia itu tetap tegar menghadapi berbagai cobaan yang silih berganti.

Mulai dari membersihkan rumah hingga pekerjaan lainnya pun dikerjakan Nenek Sukarmi seorang diri.

Walau bersyukur atas apa yang dimilikinya saat ini, Nenek Sukarmi mengaku memiliki kekhawatiran di dalam hati.

Dirinya mengaku khawatir rumah yang meneduhinya selama puluhan tahun itu roboh dan justru menimpa dirinya sewaktu-waktu.

“Takut roboh, kalau musim hujan pasti ada angin dan kalau hujan angin saya langsung keluar rumah ke masjid, karena takut roboh," ujar Sukarmi bernada lirih, Minggu (29/11/2020).

Tetangga Sukarmi bernama Juanda (37) menjelaskan mengenai kondisi Nenek Sukarmi yang sangat memprihatikan.

Dirinya pun berharap agar rumah yang tidak layak huni itu dapat diperbaiki pemerintah ataupun dermawan.

"Nenek Sukarmi tinggal seorang diri sejak ditinggal suaminya meninggal dunia 20 tahun yang lalu. Kemudian memiliki dua orang anak tapi anaknya kurang peduli dengan kondisi dan keadaan orang tuanya saat ini," kata Juanda.

Sementara itu, Kepala Desa Pabuaran Suhendi mengaku pihaknya sudah sering mengusahakan untuk melakukan bedah rumah kepada pemerintah daerah.

Namun, diakuinya, pengajuan tersebut belum juga terealisasi hingga saat ini.

“Kami sudah mengajukan bantuan bedah rumah. Namun hanya dikasih janji tahun depan. Karena anggaran tahun ini fokus dialokasikan ke penanganan Covid-19,” ungkap Suhendi.

Camat Jayanti Yandri Permana menambahkan, pada intinya masih banyak sekali kebutuhan untuk bedah rumah.

"Maka secara bertahap saya programkan bedah rumah melalui pagu Kecamatan dan saya minta kepada Kepala Desa juga untuk mulai anggarkan di APBDes mulai tahun 2021," tuturnya.

"Saya juga meminta kepada beberapa perusahaan yang ada di wilayah Kecamatan Jayanti agar menghibahkan dana CSR-nya untuk membangun rumah yang layak huni yang ada di sekitar Kecamatan Jayanti ini," sambung Yandri.

Yandri berharap semoga tahun depan rumah yang tidak layak huni di Kecamatan Jayanti bisa dibangun secara bertahap.

"Dan semuanya ini harus diajukan dengan proses sistem," paparnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Kisah Pilu Nenek Sukarmi, Hidup Sebatang Kara Tanpa Suami dan Anak di Rumah Reot Tak Layak Huni,

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved