7 Fakta Menarik Terowongan Zaman Belanda yang Ditemukan di Bendungan Tamblang Bali
Bendungan tersebut terletak di empat desa yaitu Desa Bila dan Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Desa Bebetin dan Desa Sawan, Kecamatan Sawan
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Kambali
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Pembangunan Bendungan Tamblang Kabupaten Buleleng, Bali terus berlanjut.
Bendungan tersebut terletak di empat desa yaitu Desa Bila dan Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Desa Bebetin dan Desa Sawan, Kecamatan Sawan dengan total luas lahan mencapai 73.6 hektare.
Dalam proses pembangunannya ditemukan terowongan.
Berikut ini fakta-fakta menarik terowongan di Bendungan Tamblang yang dirangkum Tribun-bali.com;
Baca juga: Terowongan Zaman Belanda Sepanjang 480 Meter Ditemukan di Areal Proyek Bendungan Tamblang
1. Terowongan sepanjang 480 meter
Terowongan sepanjang 480 meter ditemukan di proyek pembangunan bendungan Tamblang.
Tenaga Ahli Geologi Pembangunan Bendungan Tamblang, Heri Suwondo ditemui Kamis (3/12/2020) mengatakan, terowongan tersebut ditemukan tanpa sengaja oleh pihaknya pada Sabtu (21/11/2020).
Saat itu pihaknya melakukan penggalian sedalam 40 meter untuk membuat pondasi di area genangan waduk.
Hingga tiba-tiba ditemukan sebuah lubang berukuran cukup besar.
Baca juga: Warga Sigi Takut ke Kebun Pascapembunuhan Satu Keluarga di Desa Lembantongoa
2. Memiliki dua jalur
Heri menyebut, trowongan tersebut diperkirakan memiliki dua jalur.
Sebab, pihaknya juga menemukan sebuah lubang dengan ukuran yang sama, di daerah hilir, tak jauh dari areal proyek bendungan Tamblang.
Namun, untuk jalur yang kedua ini, pihaknya belum bisa melakukan pengecekan sebab jalur terowongan sudah mulai runtuh.
“Jadi terowongan ini belum selesai dibuat, dan belum sempat digunakan. Mungkin pekerja saat itu mengalami kendala karena menemukan batuan keras yang menghalangi jalur terowongan," kata Heri.
"Jarak beberapa meter di dalam terowongan itu ada lubang agak tinggi, yang kami yakni sebagai ventilasi untuk menyuplai oksigen dan membuang material galian,” terang Heri.
Baca juga: Mencari Jati Diri Ala Manusia Goa
3. Dibangun saat zaman kolonial Belanda
Temuan ini diakui Heri sudah sempat dilaporkan ke beberapa sesepuh yang tinggal di sekitar areal pembangunan bendungan.
Setelah diselidiki ternyata lubang tersebut adalah terowongan diyakini dibuat oleh manusia pada zaman Belanda.
Terowongan tersebut diperkirakan dibuat saat zaman kolonial Belanda.
Sebab dari bentuknya, terowongan tersebut terlihat sangat rapi.
Demikian dengan ukurannya, setinggi manusia yakni sekitar 170 centimeter dan lebar sekitar 80 centimeter.
Saat ini, pihak pekerja masih melakukan koordinasi, apakah akan mempertahankan trowongan tersebut sebagai cagar budaya, atau dihancurkan untuk kepentingan pembangunan.
Baca juga: Pemkab Klungkung Ajukan Proposal Pengembangan Nusa Penida dan Penataan Kios Goa Lawah
4. Jalur irigasi subak
Menurut para sesepuh, terowongan tersebut diperkirakan dibuat sebagai jalur irigasi subak.
“Terowongan subak bukan hal yang baru ditemukan di Bali, sudah banyak ditemukan di tempat lain. Kami sangat respect. Ini adalah bukti ketelatenan masyarakat Bali, demi irigasi mereka berusaha menembus bukit batu,” ucapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan, terowongan ini diduga dibuat untuk mengaliri air yang ada di Sungai Aya menuju ke suatu tempat, yang diduga Desa Jagaraga.
Namun proses pembuatan terowongan subak itu terhenti, karena para pekerja menemukan batuan keras yang sulit untuk dihancurkan.
Baca juga: Penampakan Miris Goa Jepang Klungkung, Rumput Liar Mulai Tumbuh, Keran Belum Terpasang
5. Dilestarikan sebagai objek wisata dan budaya
Masih menurut Heri, khusus untuk terowongan yang ditemukan tepat di area genangan waduk, kemungkinan akan ditutup oleh pihaknya menggunakan teknik tertentu.
Sebab, bila dibiarkan, dikhawatirkan akan menimbulkan kebocoran pada bendungan.
“Akan kami diskusikan dulu dengan para ahli, dan pemerintah, penanganannya seperti apa. Untuk trowongan yang ada di area genangan sepertinya tidak bisa diselamatkan karena dikhawatirkan akan menimbulkan kebocoran," kata dia.
"Sementara terowongan yang tidak kena di area genangan, mungkin bisa dilestarikan sebagai objek wisata dan objek budaya,” jelasnya.
Baca juga: Goa Jepang di Klungkung, Ditata Jadi Destinasi Wisata Baru
Gede Dody Sukma Oktiva Askara juga menyebut akan segera berkoordinasi dengan Pemprov Bali, agar sisa terowongan yang tidak terkena jalur proyek bendungan, agar bisa dilestarikan menjadi warisan budaya tata kelola air.
“Ini akan menjadi satu paket yang nyambung dengan fungsi lain dari bendungan, yakni sebagai tempat rekreasi. Kami akan segera menyusun narasi terkait trowongan ini, agar anak cucu kita tau bahwa leluhur kita berhasil membuat saluran air dengan metode sangat sederhana,” tutupnya.
6. Progres pembangunan bendungan capai 30%

Sementara itu, Progres pembangunan bendungan Tamblang saat ini sudah mencapai 30 persen.
Pihak pekerja dalam hal ini PP Adijaya KSO optimis mega proyek senilai Rp 840 Miliar ini selesai dikerjakan hingga akhir Desember 2022 sesuai kontrak.
Tenaga Ahli Geologi Pembangunan Bendungan Tamblang, Heri Suwondo dikonfirmasi Jumat (4/2/2020) mengatakan, saat ini pekerjaan yang dilakukan ialah membuat terowongan pengelak, galian pelimpah, dan galian pondasi bendungan.
Selama bekerja, Heri mengaku tidak mengalami hambatan yang cukup signifikan.
"Proses pembangunan sudah cukup lancar. Kendalanya hanya di masalah cuaca. Sekarang kan sudah mulai hujan. Dari masyarakat sekitar sangat mendukung, jadi tidak banyak gangguan dan tidak banyak gejolak sosial," ucapnya.
Baca juga: Bendungan IPA Jebol Akibat Banjir, Pengaliran Air PDAM di Seluruh Denpasar Alami Gangguan
7. Satu-satunya menggunakan inti aspal di Asia Tenggara
Menurut Heri, bendungan Tamblang ini nantinya akan menjadi bagian dari sejarah.
Pasalnya, dalam pembangunan, pihaknya melakukan sebuah inovasi menggunakan inti aspal.
Hal ini, kata Heri baru pertama kali dilakukan di Asia Tenggara.
Dengan menggunakan inti aspal, keuntungan yang diperoleh bendungan akan lebih kedap dari kebocoran, tahan gempa dan bisa melakukan self healing.
"Kalau bendungan urugan itu biasanya intinya lempung. Dari Direktur Bendungan dan Danau, kami disuport agar melakukan langkah inovasi membuat bendungan dengan inti aspal. Kalau ada retakan, dia akan meleleh dan menyumbat retakan itu sendiri. Jadi di inti bendungan itu akan ada aspal selebar 70 centimeter tegak," terangnya.
Baca juga: Tim SAR Temukan Pelajar Tenggelam di Bendungan Palasari Jembrana Dalam Keadaan Meninggal Dunia
Tinggi bendungan Tamblang mencapai 68 meter, dengan kapasitas tampung mencapai 7.6 juta meter kubik.
Bendungan ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk penyediaan air baku sebesar 510 liter per detik di daerah layanan Kecamatan Sawan dan Kecamatan Kubutambahan.
Serta memiliki potensi pembangkit listrik sebesar 0.5 megawatt, dan pengairan irigasi untuk 588 hektar sawah.
PP Adijaya KSO mulai mengerjakan proyek tersebut sejak September 2019.
"Kami optimis dengan sisa waktu lagi dua tahun ini bisa menyelesaikan bendungan ini tepat waktu. 30 persen saat ini on scedule," tutup Heri. (*)