Kisah Perjuangan Ibu-ibu Tukang Suwun, Puluhan Tahun Mengais Rezeki di Pasar Kumbasari Denpasar
Setiap 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Inilah kisah tukang suwun, ibu-ibu tangguh yang saban hari berjuang di Pasar Kumbasari, Denpasar.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
“Suami saya sudah kerja sebenarnya sebagai tukang panggul di Pidada, namun itu tidak cukup, sehingga saya harus ikut bekerja,” katanya.
Sebelum berangkat ke pasar, ia bangun pukul 05.00 Wita, lalu memasak, sembahyang dan saat waktu menunjukkan pukul 08.00 Wita, ia pun datang ke pasar.
Baca juga: Begini Awal Mula Sejarah Hari Ibu, Ditandai Peristiwa Kongres Perempuan Indonesia
Di pasar biasanya dirinya bekerja hingga pukul 15.00 Wita atau kadang pukul 16.00 Wita jika ada permintaan lagi.
Namun, dikarenakan pandemi Covid-19, penghasilannya sebagai tukang suwun pun berkurang.
Dalam waktu normal, biasanya dalam sehari mampu mendapat Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu.
Akan tetapi, akibat pandemi paling banyak ia hanya mendapat upah Rp 25 ribu dalam sehari.
“Bahkan karena Corona, suami saya kadang kerja kadang tidak. Ya mau tidak mau saya harus gali lubang tutup lubang untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya.
Untuk ongkos sekali menjunjung barang biasanya ia mendapat Rp 5 ribu, kadang juga ada yang memberinya Rp 10 ribu.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Ibu, Bisa Untuk Disampaikan Langsung atau Dijadikan Status di Sosmed
Saat hari ibu ini, tak banyak harapan yang dia inginkan, hanya ingin anaknya bahagia dengan kehidupan yang lebih baik.
Tukang suwun lain, Siti Masita (50) juga memiliki pengalaman yang hampir sama dengan Sawit yang sama-sama menjadi tukang suwun saat kecil dan tak mengenyam bangku sekolah.
“Dulu sebelum ada Hari Ibu saya sudah jadi tukang suwun,” kata perempuan asli Jawa yang sudah menikah dengan orang Bali ini.
Bahkan ia yang kini sudah ditinggal suaminya harus menghidupi anak-anaknya dengan menjadi tukang suwun.
Ia hanya berharap agar pandemi ini segera berakhir dan bisa mendapat penghasilan lebih dari pekerjaan yang dilakoninya.
Di Pasar Kumbasari ini mereka bekerja bertujuh orang dan selalu berbagi langganan dan barang yang akan dipanggul agar semua sama-sama jalan. (*)