Serba Serbi

Panggilan Gaib yang Membawa Malapetaka, Ini Kisah Ratu Gede Mas Mecaling di Kesiman Denpasar

Konon jika seseorang menggubris panggilan gaib itu, maka akan terjadi malapetaka bahkan kematian

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Jembatan Balitex di Kesiman, Denpasar, Bali. Konon jika seseorang menggubris panggilan gaib itu, maka akan terjadi malapetaka bahkan kematian. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, A  A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Zaman dahulu I Gede Mecaling yang kini dikenal dengan nama Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling kerap datang dari Nusa Penida ke Kesiman, Denpasar, Bali.

“Konon beliau datang menggunakan perahu, dari Nusa Penida langsung masuk ke sungai dan tiba di Kesiman.

Makanya di bawah sungai sekarang ada batu perahu,” sebut I Wayan Turun, warga Banjar Kedaton, Desa Adat Kesiman, Denpasar, Rabu (23/12/2020).

Batu ini cukup besar, sebagai tanda perjalanan Ratu Gede Mas Mecaling.

Baca juga: Cerita Mistis di Gedung Kosong Bukit Jimbaran, Ada yang Lihat Sosok Wanita dan Anak Kecil

Baca juga: Kisah Mistis Topeng Celuluk di Puri Ubud, Pernah Dibawa ke Kanada dan Seolah-olah Hidup

Ratu Gede Mas Mecaling datang ke Kesiman dengan membawa 15 bhuta kala yang mengiringinya.

Setelah itu, di Pura Maling Kiuh, Ratu Gede Mas Mecaling sangkep atau rapat untuk mencari tetadahan (korban/tumbal) di Kesiman.

“Makanya pada zaman dahulu, ketika jalanan tidak seramai sekarang.

Jika ada yang memanggil dari luar meminta ayam, tetapi wajahnya tidak terlihat jangan disapa balik,” katanya.

Bunyi panggilan gaib itu ‘idih siape sik’ yang berarti minta ayam satu.

Konon jika seseorang menggubris panggilan entah dari siapa itu, maka malapetaka akan terjadi.

Bahkan yang terburuk adalah orang yang membalas panggilan itu bisa meninggal dunia.

Kemudian ada aturan lain, ketika tepat jam 12 siang, tidak boleh berjalan di jalan raya.

Karena Ratu Gede Mas Mecaling sedang keluar dan berjalan bersama bhuta kala.

“Demikian kepercayaan di Desa Adat Kesiman yang diceritakan dari dahulu,” katanya.

Baca juga: Pengalaman Mistis Jro Mangku Ketut Maliarsa Saat Menyusun Buku Pura Ponjok Batu

Baca juga: Mistis, Kisah Air Terjun Dedari Hingga Cerita Griya Jro Mekel

Satu di antara bhuta kala pengiring Ratu Gede Mas Mecaling adalah I Kala Baung, yang menguasai pinggir pantai.

Agar tidak terjadi malapetaka, maka setiap kedatangan Ratu Gede Mas Mecaling dihaturkan hidangan.

Berupa bebantenan di Pantai Biaung oleh Mangku Dalem Wresana.

Setelah itu, pada sasih kesanga Desa Adat Kesiman yang menghaturkan hidangan atau bebantenan di Padang Galak.

Sebelum akhirnya Ratu Gede Mas Mecaling kembali ke Dalem Ped, Nusa Penida, lewat laut.

Angkernya Jembatan Balitex

Jembatan di Bali pun memiliki kisahnya tersendiri.

Cerita ini dipercaya oleh masyarakat dari mulut ke mulut turun temurun.

Satu di antaranya adalah jembatan penghubung di Denpasar, Bali, yang kerap disebut Jembatan Balitex.

Jembatan ini berdiri di atas aliran sungai ayung yang bermuara di pantai.

Baca juga: Sosok Hanoman Merah, Ini Kisah Mistis Cagar Budaya Candi Tebing Jukut Paku Gianyar

Baca juga: Teror Mistis di Rumah Baru Rizky Billar, Pakar Feng Shui: Di Kamar, Energi Jelek Memotong Ranjang

Dahulu jembatan ini adalah jembatan bambu.

Namun saat ini merupakan jembatan dengan jalan raya besar.

Berdasarkan kisah masyarakat, yang dipercaya oleh masyarakat Desa Adat Kesiman.

Jembatan ini memang memiliki kisah angkernya tersendiri.

Jika secara kasat mata, jembatan ini hanya terlihat jalan lurus dengan belokan tidak terlalu tajam.

Namun kerap terjadi kecelakaan, yang mengakibatkan korban luka-luka hingga meninggal dunia.

Sejak saat itu, banyak yang lewat jembatan ini membunyikan klakson.

Tanda meminta izin agar selamat melewati jembatan ini.

Baca juga: Terkenal Mistis, Dam Oongan Menyimpan Kisah Heroik Ki Sawunggaling Demi Rakyat Bali

Baca juga: Kisah Mistis Linggarsa Pura, Konon Dijadikan Tempat Menanam Abu Raja Bali dan Keluarganya

“Kalau dari kisah orang tua zaman dahulu, angkernya jembatan itu karena ada kaitan dengan sungai di bawahnya,” jelas I Wayan Turun, warga Banjar Kedaton, Desa Adat Kesiman, Denpasar, Rabu (23/12/2020).

Sungai yang cukup lebar, dengan air berwarna cokelat di bawah jembatan itu adalah Sungai Ayung.

Sungai ini pun memang dikenal cukup memiliki sisi mistis di setiap alirannya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved