Berita Gianyar
Diduga Tak Mampu Bayar Utang, Seorang Pria di Tegalalang Gianyar Akhiri Hidupnya
Diduga tak mampu membayar utang, seorang pria di Tegalalang Gianyar mengakhiri hidupnya.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Seorang warga Tempekan Kelod Sema, Banjar Taro Kelod, Desa Taro, Tegalalang, Gianyar ditemukan tewas gantung diri, Kamis (7/1/2021).
Berdasarkan penyelidikan Polsek Tegalalang, korban I Made Harimbawa (34) diduga nekat mengakhiri hidup karena tidak bisa membayar utang.
Namun jumlah utang dan kepada siapa korban berutang tidak disebutkan.
Pihak keluarga korban telah menerima kejadian ini sebagai musibah.
Kapolsek Tegalalang, AKP Ketut Sudita menjelaskan, peristiwa bunuh diri ini terjadi, Kamis (7/12021) sekira pukul 05.30 Wita.
Pihak pertama yang mengetahui kejadian tersebut adalah orangtua korban, I Ketut Darsana (63), yang saat itu hendak memasak air di dapur.
"Saat ayah korban masuk ke dapur, ia melihat anaknya dalam keadaan tergantung dengan menggunakan selendang batik yang diikat pada balok kayu atap dapur," ujarnya.
Baca juga: Kasus Bunuh Diri di Bangli dan Bali Meningkat di 2020, Berikut Ini Data Lengkapnya 20 Tahun Terakhir
Lebih lanjut dikatakannya, saat itu saksi sempat berteriak histeris, dan didengar oleh keluarga lainnya.
"Saat itu korban sudah dalam keadaan meinggal dunia dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Tegallalang," ujarnya.
Peristiwa tersebut, kata dia, dilaporkan ke pihaknya sekitar pukul 07.20 Wita.
Saat mendapatkan laporan, pihaknya langsung menurunkan personil untuk melakukan olah TKP.
"Hasil olah tkp tersebut adalah korban tergantung menggunakan sebuah selendang motif batik, tinggi korban 167 cm, terdapat bekas jeratan di bagian leher. Motif korban bunuh diri adalah karena berhutang, jadi korban ini belum mampu membayar hutangnya," ucapnya.
Angka Kematian Akibat Bunuh Diri di Bali Meningkat
Angka kematian akibat bunuh diri pada dua puluh tahun belakangan di Provinsi Bali dari Tahun 2000 hingga 2020 mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal tersebut mendorong, Prof Dr dr Luh Ketut Suryani, SpKJ (K) yang selaku psikiater senior di Bali yang juga pendiri dan penganggas Suryani Institute For Mental Health, membuat buku dengan judul Hidup Bahagia Perjuangan Melawan Kegelapan.
Ia tak sendiri menulis buku tersebut, namun bersama dengan psikiater muda lainnya, Cokorda Bagus Jaya Lesmana.
Dalam buku yang tebalnya 148 halaman diuraikan kasus bunuh diri di Bali meningkat signifikan sejak 2000, data tersebut diambilnya melalui surat kabar.
Baca juga: Seorang Pria Bunuh Diri di Jembatan Suluban Pecatu, Sempat Kirim Pesan WA kepada Kekasihnya
Sebagian besar dari mereka benar-benar ingin meninggal dengan cara gantung diri.
Bagi Suryani sendiri bunuh diri merupakan masalah yang kompleks. Itu menjadi tanggung jawab bersama bukan satu orang atau kelompok.
“Pemerintah harus menaruh perhatian khusus dengan memprogramkan hal ini dalam kinerjanya,“ katanya.
Menurutnya penanganan dan penyelesaiannya pun memerlukan pendekatan holistic, pendekatan biopsiko spirit-sosial budaya.
Pendekatan yang memandang manusia tidak hanya terdiri dari fisik dan mental saja, tetapi juga terdiri atas spirit dan dipengaruhi oleh sosio budaya yang membesarkannya serta kebesaran dari Tuhan.
Jika dilihat jumlah kasus bunuh diri tertinggi, yaitu pada tahun 2004 mencapai sekitar 207 kasus boleh dikatakan masyarakat Bali dalam keadaan sakit.
Maka dari itu keadaan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja Langkah cepat diperlukan untuk menyelamatkan muncul-muncul korban-korban baru.
Salah satunya dengan tidak tindakan nyata dari pemerintah, kiranya perlu digerakkan oleh masyarakat untuk peduli dengan dirinya, peduli dengan keluarga, kalau tidak ingin banyak ada korban.
“Penerangan dan pembinaan pada masyarakat dapat dilakukan oleh psikiater, psikolog, sosiolog, agamawan, pendidik, seniman, media cetak dan elektronika. Dan hal tersebut sangat berperan membantu masyarakat akan pentingnya menumbuhkan keberanian untuk menghadapi kehidupan ini,” tutupnya. (*)
DISCLAIMER:
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri.