Nasib Donald Trump Jelang Lengser dari Gedung Putih Ibarat Senjata Makan Tuan

Para petinggi AS awalnya tenang menanggapi aksi tersebut. Namun, kesabaran mereka habis sehingga berbalik menghujatnya.

Editor: DionDBPutra
Doug Mills-Pool / Getty Images / AFP
Presiden Donald Trump 

TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON DC - Peribahasa senjata makan tuan agaknya cocok dikenakan kepada Presiden Donald Trump menjelang lengser dari Gedung Putih.

Tinggal menghitung hari Donald Trump melepaskan jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat ( AS ).

Namun, dia tidak tinggal dia. Trump tetap ngotot menggugat hasil Pilpres AS bulan November 2020 bahkan mengerahkan pendukungnta menyerbu Gedung Capitol.

Para petinggi AS awalnya tenang menanggapi aksi tersebut. Namun, kesabaran mereka habis sehingga berbalik menghujatnya.

Baca juga: Serikat Pramugari Minta Pendukung Donald Trump Dilarang Naik Pesawat Komersial

Baca juga: Donald Trump Akhirnya Secara Terbuka Mengatakan Siap Meninggalkan Gedung Putih

Baca juga: Pemimpin Partai Republik Kesal dan Meminta Segera Berhentikan Donald Trump

Senator senior AS dari South Carolina Lindsey Graham mengatakan cukup buat Donald Trump. Hal itu disampaikan Grahan dalam sidang Kongres AS pada Kamis (7/1/2021) untuk menyelesaikan sertifikasi Presiden terpilih Joe Biden.

Saat senat bersidang, di sekeliling mereka berserakan puing-puing bekas penyerbuan Capitol Hill. Misalnya pecahan kaca jendela dan peluru dari penembakan yang menewaskan seorang wanita.

Kaum loyalis Donald Trump mulai meninggalkan sang presiden. Dukungan untuk Trump di Gedung Putih semakin menipis. Bahkan Partai Republik sudah berpaling darinya.

Partai Demokrat jekas lebih tegas. Mereka mendorong pejabat pemerintah mengaktifkan Amendemen ke-25 yang menyatakan presiden tak mampu lagi menjalankan tugasnya.

"Presiden seharusnya tidak menjabat lagi, satu hari pun," kata Senator Chuck Schumer.

Ia meminta Wakil Presiden Mike Pence mengaktifkan Amendemen ke-25 dan segera mendepak Donald Trump.

Schumer menandaskan, alternatif bagi Kongres adalah berkumpul lagi untuk memakzulkan presiden.

Deretan orang dalam presiden ke-45 AS itu mulai mundur satu per satu.
Paling baru Mick Muvalney, kepala staf Trump, keluar pindah sebagai utusan untuk Irlandia Utara, lapor televisi CNBC.

Menurut Muvalney, kepergian orang-orang dekat Trump bisa diikuti eksodus lainnya sebelum pelantikan Joe Biden pada 20 Januari 2021.

"Bagi mereka yang memutuskan bertahan, dan saya sudah berbicara dengan sebagian dari mereka, memilih bertahan karena khawatir presiden bisa memasukkan orang yang lebih buruk," katanya dikutip dari AFP.

Pada Rabu (6/1/2021), Wakil Penasihat Keamanan Nasional Matt Pottinger mengundurkan diri, disusul Stephanie Grisham, juru bicara ibu negara Melania Trump.

Donald Trump kini bahkan tidak bisa marah-marah di media sosial seperti biasanya karena diblokir oleh Facebook, Twitter, dan Instagram. Baru kali ini ada presiden dengan kasus begitu.

Sampai 20 Januari 2021, Donald Trump masih memegang semua kendali di AS, mulai dari kode rudal nuklir hingga tombol merah di meja Oval Office untuk memanggil kepala pelayan membawakan Diet Coke kesayangannya.

Dalam dua minggu ke depan, sebagaimana dianalisis AFP, kekacauan demi kekacauan masih berpeluang terjadi di negeri Paman Sam.

Seperti yang digembar-gemborkan Trump sejak kalah pemilu AS pada November lalu, dia tidak benar-benar percaya harus tinggalkan Gedung Putih.

Jika dia harus lengser, Donald Trump kerap mengancam akan balas dendam pada pilpres Amerika Serikat tahun 2024.

Potensi Trump 2.0 ini membuat capres lain dari Partai Republik jadi cemas karena pebisnis yang pernah main film Home Alone itu pastinya akan menadi yang terdepan.

Baca juga: Massa Pendukung Trump Serbu Gedung Capitol, Seorang Wanita Tewas Tertembak, Trump Makin Dikecam

Padahal senjata politik yang dilancarkannya akhir-akhir ini berbalik menyerangnya sendiri. Seperti senjata makan tuan.

Terlepas dari kerusuhan Capitol Hill, ada fakta memalukan lainnya bahwa Donald Trump gagal mencegah dua calon Senat Republik kalah di Georgia, sehingga harus merelakan kendali Kongres jatuh ke tangan Demokrat.

Namun, dalam sikap Trump yang berapi-api, itu bukan akhir segalanya.

"Ini bukan lagi Partai Republik mereka. Ini adalah Partai Republik Donald Trump," kata putranya, Donald Trump Jr kepada massa pro-Trump yang berunjuk rasa.

Menurut survei Axios-SurveyMonkey pekan ini, 62 orang Republik masih tidak terima Biden menang pada pemilu Amerika Serikat.

Zuckerberg Tangguhkan Tanpa Batas Waktu

Akun Presiden Donald Trump di Facebook dan Instagram dikunci pengelola media sosial yang bersangkutan.

CEO Facebook Mark Zuckerberg mengumumkan akan memperpanjang penangguhan akun Facebook dan Instagram Presiden Donald Trump tanpa batas waktu.

Dengan ditangguhkan, maka admin akun Trump tidak akan bisa mengunggah posting baru. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Bos Facebook melalui laman media sosial pribadinya.

Zuckerberg menilai Trump sudah terlalu berbahaya apabila dibolehkan berkoar-koar di media sosial. Penilaian itu tak lain didasarkan pada kerusuhan di Capitol Hill.

Zuckerberg mengatakan Trump sengaja menggunakan hari-hari terakhirnya di Gedung Putih untuk menghalang-halangi proses transfer jabatan kepadaJoe Biden.

"Jadi kami memperpanjang pemblokiran di akun Facebook dan Instagramnya (Trump) tanpa batas waktu dan setidaknya selama dua minggu ke depan," tulis Mark.

Dalam dua minggu ke depan, Trump sudah akan lengser. Posisinya sebagai Presiden AS bakal resmi digantikan oleh Joe Biden pada 20 Januari mendatang.

Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook membiarkan Trump selama beberapa tahun terakhir biarpun kadang melanggar ketentuan penggunaan media sosial itu.

Alasannya berkaitan dengan kebebasan politik. Namun, kali ini Trump dipandang sudah kelewatan dengan menggunakan media sosial untuk menghasut dan memantik kekerasan.

Setidaknya empat orang tewas dalam kejadian di Capitol Hill. di Washington DC, AS, Rabu (6/1/2021) waktu AS atau Kamis (7/1/2021) dini hari WIB.

Para perusuh yang merupakan pendukung  Donald Trump merangsek masuk ke gedung senat tersebut saat Kongres AS akan mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilu presiden AS November lalu.

Selain menangguhkan akun Trump, Facebook juga melakukan beberapa tindakan terkait kericuhan yang terjadi di Washington DC. Beberapa konten yang mendukung tindak kekerasan dihapus.

Seperti ajakan untuk membawa senjata ke beberapa lokasi di seantero Amerika Serikat. Begitu pula dengan foto dan video para demonstran di Capitol Hill.

"Kemarin kami menghapus penyataan-pernyataan Trump karena dinilai efeknya -kemungkinan besar niat mereka- memprovokasi kekerasan lebih lanjut," tulis Zuckerberg, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Facebook Newsroom, Jumat (8/1/2021).

Facebook juga akan melakukan beberapa langkah tambahan untuk memperketat unggahan di media sosialnya, Seperti meminta admin grup untuk memoderasi materi posting sebelum diunggah.

Komentar di grup yang mengandung ujaran kebencian dan kekerasan akan dihapus secara otomatis. Facebook juga akan menurunkan konten yang terindikasi melanggar aturannya, menggunakan mesin kecerdasan buatan (AI).

Sebelum Facebook, Twitter menutup sementara akun @realDonaldTrump selama 12 jam setelah menghapus tiga twit yang dinilai menyesatkan.

Twitter sempat mengancam akan menangguhkan akun Donald Trump secara permanen jika tidak menghapus twitnya itu.

YouTube juga telah menghapus pidato Donald Trump terkait aksi kerusuhan di Gedung Capitol.

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul Nasib Pilu Trump: Senjata Makan Tuan dan Orang-orang Dekat yang Berpaling

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved