Pesawat Sriwijaya Hilang Kontak
Pramugari Sriwijaya Air Itu Pernah Sekolah di SMAN 6 Denpasar, Aktif di OSIS dan Kerap Ikut Lomba
Mia Trestyani Wadu, Pramugari Sriwijaya Air Itu Pernah Sekolah di SMAN 6 Denpasar, Aktif di OSIS dan Kerap Ikut Lomba.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Mia Trestyani Wadu (23) merupakan pramugari di pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Sebelum menjadi pramugari, ia merupakan siswi SMAN 6 Denpasar.
Ia pun tamat tahun 2016 dari sekolah tersebut.
Kepala SMAN 6 Denpasar, I Nyoman Mudita yang dihubungi Senin (11/1/2021) mengatakan semasa sekolah Mia adalah siswa yang aktif.
Ia aktif di beberapa organisasi sekolah.
Salah satunya yakni OSIS dan KSPAN.
"Mia dulu anaknya aktif di OSIS dan KSPAN. Ia sangat aktif. Kemudian setelah tamat ia menjadi pramugari," kata Mudita.
Selain itu, menurut Mudita, Mia adalah anak yang cerdas.
Ia pun masuk jurusan IPA tepatnya di kelas IPA 1.
Beberapakali, ia juga sempat mewakili sekolah dalam perlombaan.
Baca juga: Perjalanan Mia Trestiyani Jadi Pramugari Sriwijaya Air, Hanya Berbekal Surat Keterangan Lulus SMA
"Pernah mewakili sekolah ke Singaraja, ia beberapa kali ikut lomba," katanya.
Saat ini pihak sekolah juga berharap ada mujizat karena belum ada kabar terkait keberadaan Mia.
Pihaknya pun berdoa untuk Mia agar baik-baik saja.
“Jika seandainya semua kru tidak selamat, kami juga ikut berduka cita atas kepergiannya,” katanya.
Sampai saat ini, dikarenakan belum ada kejelasan terkait Mia, pihak sekolah mengaku belum ke rumah duka.
“Kami sudah mendapatkan alamat Mia, tapi belum tahu bagaimana kondisinya sekarang, sehingga kami belum ke sana,” katanya.
Baca juga: FAKTA BARU Pramugari Warga Denpasar Itu Ternyata Tukar Jadwal Penerbangan, Ma, Mia Mau Berangkat
Saat ditanya apakah akan ada doa bersama dari pihak sekolah, ia mengatakan tidak ada.
Apalagi saat ini di Denpasar menerapkan PPKM, dan sekolah pun berlangsung secara daring.
“Kami hanya bisa berdoa masing-masing, dan saya juga sudah katakan ke teman-teman lewat WA agar ikut mendoakan Mia,” katanya.
Ia pun meminta agar keluarga tetap tabah dan kuat menghadapi cobaan ini.
“Kami tetap berharap semoga ada mujizat, kalaupun misalnya awak kapal tidak ada selamat, keluarga bisa tabah dan kuat. Kami ikut berduka atas kejadian ini,” katanya.
Berderai Air Mata
Derai air mata tak kuasa ditahan anggota keluarga dan kerabat pramugari Sriwijaya Air SJ 182, Mia Trestyani Wadu (23), saat digelar ibadah doa penguatan, Minggu (10/1/2021) sore.
Ibadah ini digelar untuk mendoakan Mia yang termasuk salah satu pramugari pesawat Sriwijaya Air yang terjatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (9/1/2021).
Ibadah digelar di kediaman Mia di Jalan Tukad Gangga, Gang Tirta Gangga, Renon, Denpasar, Bali.
Pantauan Tribun Bali di lokasi, tampak sejumlah kerabat dan rekan Mia berdatangan sejak sekitar pukul 16.30 Wita.
Kedua orangtua Mia tampak sangat terpukul atas berita duka musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.

Keluarga berharap proses evakuasi dapat berlangsung lancar dan segera ada kepastian terhadap nasib para penumpang dan awak pesawat nahas itu.
Meski sangat terpukul, ayah Mia, Zet Wadu (63), berusaha tegas ikhlas apapun kondisi mengenai putrinya yang ia kenal sebagai pribadi yang baik, penurut dengan orangtua, dan rajin beribadah itu.
"Saya ikhlas dan menerima apapun kondisi Mia. Baik dalam keadaan hidup atau tidak bernyawa. Ini kehendak Tuhan," ujar Zet Wadu di kediamannya, kemarin.
Pesawat Sriwijaya Air SJ182 dengan rute Jakarta Pontianak, yang take off pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.36 WIB dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, jatuh dan meledak di kawasan Kepulauan Seribu.
Peristiwa nahas itu terjadi hanya beberapa menit setelah take off.
Baca juga: Sosok Mia, Pramugari Sriwijaya Air SJY 182 Warga Denpasar yang Dikenal Baik Hati & Aktif di Gereja
“Kami berharap supaya proses evakuasi lebih cepat, supaya semua dapat info yang pasti. Kami pun siap jika dibutuhkan untuk proses identifikasi,” kata Zet Wadu, yang duduk termenung di kursi kayu.
Sementara itu, sang ibu, Ni Luh Sudarni (61), masih berharap ada mukjizat dari Tuhan terhadap nasib putrinya yang bertugas sebagai pramugari dalam penerbangan itu.
"Saya masih berharap mukjizat," ucapnya sesunggukan.
Sudarni mengaku tidak ada firasat sebelum musibah ini.
Terakhir ia masih mendapatkan pesan chatting dari Mia saat berpamitan hendak berangkat tugas, hanya saja yang aneh biasanya Mia berpamitan dengan cara menelepon.
"Saya tidak memiliki firasat apapun, hanya saja tumben kemarin dia tidak menelepon sebelum terbang, biasanya dia menelepon," tuturnya.
Di mata Sudarni, Mia merupakan sosok putri yang sangat baik.
Terakhir, Mia pulang ke Denpasar pada September 2020 lalu.
"Dia anaknya terlalu baik, kalau ada temannya dari sini sedang mencari kerja di Jakarta, dia tampung di kosnya sampai temannya tersebut bisa mencari kos sendiri, bisa dapat gaji," tuturnya.(*)