Pesawat Sriwijaya Hilang Kontak
Selain KRI Rigel, Kapal Deteksi Bawah Laut Baruna Jaya IV Milik BPPT Dilibatkan Cari Black Box
Selain menurunkan kapal canggih TNI AL, KRI Rigel 933, terkini Kapal Baruna Jaya IV B milik Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT)
"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa diangkat. Sehingga menjadi bahan KNKT untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut," kata Hadi.
Namun, harapan untuk segera mengambil kotak hitam pesawat mendadak pupus.
Hujan deras disertai angin kencang serta gelombang laut yang tinggi membuat proses evakuasi dihentikan sementara.
Berdasarkan pengamatan Tribun di lokasi, awan gelap telah menyelimuti lokasi pencarian sejak siang di perairan sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Sekitar pukul 15.45 WIB, hujan lebat pun turun dengan disertai angin kencang.
Angin yang kuat membuat gelombang ombak di sekitar perairan tersebut mulai meninggi.
Tingginya ombak membuat Kapal Negara (KN) SAR Basudewa yang ditumpangi para penyelam menghentikan aktivitasnya sementara.
Tak hanya itu, dari kejauhan, kapal-kapal pencarian dari TNI pun tampak terhenti. Tidak ada aktivitas patroli pencarian pesawat Sriwijaya Air SJY-182 dengan menggunakan perahu kecil.
Tim Leader Indonesia Divers Rescue Team IDRT Bayu Wardoyo memperkirakan pihaknya akan menunda terlebih dahulu proses pencarian bangkai pesawat Sriwijaya Air SJY-182. Sebab, cuaca di sekitar lokasi yang kurang mendukung.
"Karena kalau cuacanya hujan kaya begini tentunya kan visibility dipermukaan kan nggak bisa keliatan. Jadi ini juga nggak kondusif untuk tim rescue yang turun soalnya nanti kalau ada yang naik nggak keliatan sama kapal yang dipermukaan, jadi emang sementara kita tunggu cuacanya sampai kondusif kembali," kata dia di kapal Negara (KN) SAR Basudewa.
Namun demikian, pihaknya masih menunggu terlebih dahulu keputusan dari Basarnas.
Yang jelas, pihaknya berkomitmen untuk membantu para keluarga korban untuk mencari bangkai pesawat Sriwijaya Air SJY-182.
"Kita menunggu segala sesuatunya dari keputusan dari Basarnas, mungkin juga ini berkaitan dengan cuaca begini. Kita nggak tahu tapi yang pasti biasanya operasi bawah air batasnya sampai jam 4 sampai jam 5 sore, biasanya abis itu kita nggak ada," ujarnya.
Ia menuturkan keselamatan para penyelam menjadi salah satu prioritas dari operasi ini.
"Karena gimana pun juga keselamatan rescuer kan juga yang utama ya, jadi semuanya kita tunggu sampai bener-bener suasananya kondusif," tandasnya.