Berikut Peringatan Dini Cuaca dari BMKG Selama 2 Hari Kedepan Untuk Wilayah Bali

Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini cuaca wilayah Bali

Pexels
Ilustrasi hujan deras - Berikut Peringatan Dini Cuaca dari BMKG Selama 2 Hari Kedepan Untuk Wilayah Bali 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini cuaca wilayah Bali selama dua hari mulai hari ini Selasa tanggal 26 Januari 2021 dan Rabu tanggal 27 Januari 2021.

Wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat untuk hari ini diantaranya Badung, Denpasar, Buleleng, Tabanan, Jembrana dan Karangasem.

Sementara itu, wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat untuk Rabu 27 Januari 2021 adalah Karangasem, Buleleng, Bangli, Jembrana, Tabanan dan Badung.

Dengan tingginya intensitas hujan dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan seperti banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat/petir.

Baca juga: Getaran 20 Detik Terekam Sensor di Singaraja Bali, BMKG: Suara Ledakan Bukan Akibat Gempa Bumi

Baca juga: Peringatan Dini BMKG 22 Januari 2021, Bali Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang

Baca juga: Aktivitas Gempa di Indonesia Meningkat, Dalam 21 Hari Ada 54 Kali, BMKG Sebut Tidak Lazim 

Bagi pengguna dan operator jasa transpotasi laut, nelayan, wisata bahari dan masyarakat yang beraktivitas di sekitar wilayah pesisir dihimbau untuk mewaspadai potensi gelombang laut dengan ketinggian mencapai 2.0 meter atau lebih di Laut Bali, Selat Bali bagian Selatan, Selat Badung, Selat Lombok bagian Selatan dan Samudera Hindia Selatan Bali hingga NTB.

Bagi masyarakat yang ingin memperoleh informasi terkini, BMKG Wilayah III Denpasar membuka layanan informasi cuaca 24 jam melalui telepon (0361) 751122, website balai3.denpasar.bmkg.go.id atau http://web.meteo.bmkg.go.id, join channel telegram @warningcuacabali, join Facebook @BBMKG Wilayah III Denpasar, follow Twitter @bbMKG3, Instagram @bmkgbali.

Fakta Misteri Suara Dentuman di Buleleng Bali, Sensor BMKG Singaraja Catat Anomali Sinyal 20 Detik

Misteri suara dentuman di Bali masih menjadi tanda tanya hingga saat ini.

Pada Minggu 24 Januari 2021, bunyi ledakan keras di Buleleng dilaporkan oleh sejumlah saksi dan viral di media sosial.

Berikut fakta-fakta terkait suara dentuman di Buleleng yang dirangkum oleh Tribun Bali:

1.      Sensor BMKG di Singaraja Tangkap anomali sinyal

Berdasarkan hasil analisis sementara Pusat Gempabumi Regional III Denpasar atau PGR, menyampaikan adanya anomali yang terekam pada sensor di Singaraja milik BMKG.

"Begitu kami cek pada pukul 10.27 Wita ternyata ada anomali sinyal namun sinyal ini bukan sinyal seismik gempabumi karena kami lihat tidak dicacat oleh beberapa sensor lain disekitarnya. Tapi hanya terekam di sensor Singaraja saja," kata Indira observer PGR III Denpasar.

2.      Dentuman di Buleleng bukan akibat gempa

Menurut Indira, pihaknya kemudian mendapatkan informasi dari warga adanya laporan mengenai peristiwa meteor jatuh dan lain sebagainya, namun dari pihak BMKG yang berwenang terkait kegempaan mengkonfirmasi bahwa suara ledakan atau dentuman di Buleleng bukan merupakan akibat gempa bumi.

"Setelah kami cek pada kira-kira pukul 10.27 Wita memang ada anomali sinyal di sensor Singaraja milik BMKG namun bukan merupakan sinyal seismik gempabumi," tegasnya.

3.      Bisa dikoordinasikan ke Lapan

Konfirmasi lebih lanjut, kata Indira, dibutuhkan dengan lembaga-lembaga lain, kalau kesaksian warga menyaksikan meteor atau benda langit. Dalam hal ini tentu bisa mengkoordinasikan dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

4.      Rekaman sensor 20 detik

Menurutnya untuk alat sensor itu sensitif terhadap banyak hal, bisa karena gempabumi, gunung api, nuklir semua itu bisa tercatat sebenarnya tapi ada klasifikasinya menentukan ini itu sinyal seismik gempabumi atau sinyal yang lain.

"Dari pola di seismogramnya ini kita bisa lihat, kenapa kita bisa bilang ini bukan gempabumi karena beberapa sensor yang terdekat dari sensor Singaraja ini tidak mencatat rekaman tersebut juga. Jadi hanya satu sensor saja yang merekam getaran yaitu Singaraja," paparnya.

Ia menambahkan durasi getaran yang tercatat pada sensor itu kurang lebih 20 detik dan kalau disetarakan dengan magnitudo setara dengan 1,1 magnitudo.

5. Lapan belum bisa memastikan

Melansir Kompas.com, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, Lapan belum bisa memastikan apakah suara dentuman tersebut disebabkan oleh meteor jatuh.

Dia mengatakan, Lapan tidak memiliki alat pendeteksi meteor yang berada di dekat Pulau Bali.

"Kalau benar ada saksi yang melihat bola api yang meluncur disertai ledakan, mungkin itu meteor besar atau asteroid yang memasuki atmosfer yang menyebabkan ledakan akibat gelombang kejut asteroid," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Minggu 24 Januari 2021.

Saat ini Lapan belum berencana untuk melakukan penelusuran lebih lanjut terkait fenomena itu.

Akan tetapi, jika kemudian ada temuan bukti yang perlu diidentifikasi, maka pihaknya akan mengirim tim ke lokasi.

"Belum ada rencana (penelusuran). Kalau ada bukti yang perlu diidentifikasi, kami akan kirim tim ke lokasi," ujar Thomas. (*).

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved