Myanmar

Protes Kudeta Militer, Dokter dan Petugas Medis di 70 Rumah Sakit Myanmar Mogok Kerja

Aksi mogok tersebut mereka lakukan sebagai wujud protes terhadap kudeta militer Myanmar yang menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.

Editor: DionDBPutra
[Thet Aung/AFP
Polisi berjaga-jaga di sepanjang jalan di ibu kota Myanmar, Naypyidaw pada 29 Januari 2021. Para dokter dan petugas medis melakukan aksi pembangkangan sipil Rabu 3 Februari 2021. 

Peraih Nobel Perdamaian, Suu Kyi yang berusia 75 tahun masih ditahan, meski ada seruan internasional agar dia segera dibebaskan.

Seorang pejabat NLD mengatakan dia mengetahui bahwa dia berada dalam tahanan rumah di ibu kota Naypyidaw dan dalam keadaan sehat.

Dalam protes publik terbesar terhadap kudeta sejauh ini, orang-orang di pusat komersial Yangon meneriakkan "kejahatan pergi" dan memukul pot logam pada Selasa malam waktu setempat 2 Februari 2021 sebagai isyarat tradisional mengusir kejahatan atau karma buruk.

China Halangi Upaya PBB

Sementara China dilaporkan menghalangi upaya Dewan Keamanan PBB untuk memberi kecaman atas kudeta yang terjadi di Myanmar.

Kabar itu muncul setelah dewan menggelar pertemuan secara tertutup untuk membahas perkembangan di Negeri Seribu Pagoda Myanmar.

Dalam pertemuan tertutup, Dewan Keamanan PBB gagal mengeluarkan pernyataan gabungan karena China menggunakan hak vetonya.

Sebuah pernyataan gabungan membutuhkan dukungan dari China yang saat ini merupakan anggota tetap DK PBB.

Sebelumnya, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner mengecam manuver yang dilakukan oleh Tatmadaw atau militer Myanmar.

Schraner mengatakan. angkatan bersenjata jelas tidak bisa menerima fakta mereka kalah dalam dalam pemilu 8 November 2020.

"Sudah jelas hasil dari pemilu lalu adalah kemenangan besar bagi partai Aung San Suu Kyi," papar Schraner.

Pakar Myanmar National University of Singapore Elliott Prasse-Freeman menyatakan, Beijing nampaknya memberi dukungan diam-diam terhadap aksi kudeta tersebut.

"Mereka nampaknya berusaha menempatkan bahwa masalah ini adalah isu internal Myanmar, dan kita hanya menyaksikan 'reshuffle kabinet'," papar Prasse-Freeman.

Dilansir BBC Rabu 3 Februari 2021, dia menjelaskan meski tidak mempunyai dampak signifikan, pernyataan DK PBB bisa menyatukan tanggapan dunia.

Sebastian Strangio, editor di The Diplomat menerangkan, langkah China sejalan sikap skeptisnya terkait intervensi internasional.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved