Berita Denpasar
Tanjung Bungkak Denpasar Perkuat Identitas Sebagai Pusat Kesenian Lewat Papan Nama Beraksara
Tanjung Bungkak Perkuat Identitas Sebagai Pusat Kesenian Lewat Papan Nama Beraksara dan Berwarna Merah Putih
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tanjung Bungkak sejatinya desa tua yang menyimpan banyak sejarah tentang keberadaban seni tradisi di Denpasar dan Bali.
Namun dewasa ini gaungnya kurang terdengar di telinga masyarakat.
Kondisi itu dipandang sebagai persoalan yang harus dipecahkan bagi sejumlah tokoh Tanjung Bungkak.
Mereka pun berinisiatif menguatkan identitas desa dengan sebuah papan nama eksentrik dengan aksara Bali dan warna kebanggaan bangsa Indonesia yakni merah putih.
• Denpasar Fashion Festival 2020, Kupas Tuntas Harmonisasi Industri Fashion Berbasis Budaya Bali
• Aksara Bali Didaftarkan ke Domain Internet Internasional
• Gubernur Koster: Bendesa yang Terpapar Aliran di Luar Budaya Bali, Silakan Mundur
Dengan harapan nama Tanjung Bungkak kembali tenar dan dikenal khalayak.
Seperti disampaikan warga yang menggagas papan nama Tanjung Bungkak, Agung Prianta kepada Tribun Bali, Minggu 7 Februari 2021
"Dulu, saat saya kecil, Tanjung Bungkak dikenal banyak orang. Namun kini, tak banyak yang tahu dimana itu Tanjung Bungkak. Orang Denpasar lebih mengenal tetangga kami, Desa Adat Renon," kata dia.
Papan nama itu diposisikan tepat di simpang tiga ujung selatan, atau di depan Pura Kahyangan Desa Adat Tanjung Bungkak.
"Unsur semiotika ini diharapkan menguatkan identitas dan keberadaan Desa Adat Tanjung Bungkak," tutur dia.
Atas semangat kembali memoncerkan nama Tanjung Bungkak, Bendesa setempat, Made Suweden mendukung penuh pemasangan papan nama anyar ini.
"Di sini dulu pusat kesenian yang ada di Bali. Karena saat itu belum ada di tempat lain. Seperti Tari Legong dan Tari Kecak. Sekarang kita masih melanjutkan jejak sejarah itu, dengan melestarikan Sekaa Arja," ujarnya.
Dia menilai terpinggirnya nama Tanjung Bungkak disebabkan sejumlah faktor logis.
Salah satunya disinyalir karena pelafan yang relatif lebih sulit.
Dengan adanya simbol ini, maka menurutnya bakal membangun semangat dan kepercayaan diri warga untuk mengembangkan potensi-potensi di desa.