Menkes Minta Presiden Jokowi Tidak Panik Terkait Testing dan Tracing Covid-19
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan sudah meminta Presiden Joko Widodo untuk tidak panik jika kasus Covid-19 bakal naik.
"Oleh karena itu terima kasih tadi ada masukan salah satu dari bapak anggota Dewan, kita kontak dengan Babinsa dan Babinkamtibmas, karena masing-masing mereka punya sekitar 60 ribu sampai 80 ribu anggota hampir di seluruh desa," imbuhnya.
Budi mengatakan pihaknya sudah melakukan rapat dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Selasa 9 Februari 2021 pagi.
• Pangdam IX/Udayana Jelaskan 3 Strategi Utama Optimalisasi Program Testing & Tracing Covid-19 di Bali
• Jumlah Kasus Positif Covid-19 Melonjak Karena Pemprov Bali Aktif Mencari dengan Contact Tracing
Berdasarkan hasil rapat, seluruh Babinsa dan Babinkamtibnas bakal dilatih mengenai penanganan tracing guna membantu proses testing di lapangan.
"Tadi pagi jam 08.00 ada rapat gabungan dengan Panglima TNI mulai besok akan dilatih puskesmas, puskesmas tetap komando surveilans dan ada petugas, untuk berkoordinasi dengan babinsa dan babinkamtibmas diajari tracing," kata dia.
"Mereka diajari bagaimana melakukan tracing, begitu ada kontak erat kita kasih target mereka bisa nggak 15-30 orang dalam 2 minggu sebelumnya di terindentifikasi dalam 72 jam di-trace. Begitu sudah dapat orang-orang ini harus segera dites, tesnya harus dengan tes antigen supaya cepat, itu akan kita distribusikan ke puskesmas," tandas Budi.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris mendukung langkah Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang akan menggenjot pelaksanaan testing dan tracing Covid-19.
Meski hal itu akan berdampak pada peningkatan angka kasus aktif Covid-19, Charles meminta agar masyarakat tidak panik.
"Peningkatan kasus aktif ini hendaknya tidak membuat masyarakat panik. Karena justru dengan testing dan tracing yang jauh lebih masif, kondisi rill penyebaran Covid-19 di masyarakat bisa tergambar dengan jelas, sehingga pemerintah bisa menyusun strategi penanggulangan yang benar," ujar Charles.
Politikus PDI Perjuangan itu menuturkan bahwa patut diakui angka kasus Covid-19 yang tercatat selama ini berdasarkan tes PCR, bukanlah angka riil.
Artinya, kata dia, realita jumlah angka positif di lapangan bisa jauh lebih tinggi.
Hal ini terbukti dengan Positivity Rate yang tergolong tinggi sekali, bahkan sempat mencapai 30% lebih pada Januari lalu, atau 6 kali lipat dari standar WHO sebesar 5%.
"Angka tidak riil ini yang juga membuat pemetaan di lapangan menjadi tidak akurat, sehingga kebijakan penanganan menjadi kurang efektif," jelas Charles.
"Keberanian Menkes belum lama ini yang mengakui testing selama ini salah secara epidemologi, juga patut diapresiasi. Oleh karenanya, langkah perbaikan Menkes yang akan menggenjot testing dengan metode swab antigen terhadap 15-30 orang kontak erat per kasus aktif dalam waktu 72 jam, harus didukung," imbuhnya.
Menurutnya, langkah yang diambil Menkes sudah membuahkan hasil baik di India yang berpenduduk 1,4 miliar.
Pada September 2020, dengan metode tersebut, India memiliki kasus baru 100.000 per hari.