Berita Bali
Terima Audiensi Para Peternak, Dewan Dukung Pelarangan Masuknya Bibit Babi dari Luar Bali
Komisi II DPRD Bali melarang masuknya bibit babi ke Bali yang secara sengaja didatangkan dari luar Bali.
Penulis: Ragil Armando | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Komisi II DPRD Bali melarang masuknya bibit babi ke Bali yang secara sengaja didatangkan dari luar Bali.
Hal itu akan sangat beresiko terlebih lagi dan dikhawatirkan bibit babi yang didatangkan dari luar Bali rentan dengan virus.
Apalagi, Bali belum lama ini sempat di serang virus ASF hingga membuat peternak babi di Bali banyak merugi dan ternak babi peternak di Bali banyak mati gara-gara virus ASF.
Penegasan penolakan masuknya bibit ternak babi ke Bali disampaikan Ketua Komisi II DPRD Bali IGK Kresna Budi seusai menerima anggota Perkumpunan Peternak Hewan Monogastrik Indonesia (PPHMI) Bali di DPRD Bali, Selasa 9 Februari 2021.
• Belum Tahu Soal Isu Virus Nipah, Peternak Babi Made Sudiarta Harapkan Ada Perhatian Pemerintah
Menurutnya bibit ternak babi jangan masuk dari luar Bali, namun penyebaran bibit didatangkan antar kecamatan di masing-masing kabupaten/kota di Bali dilakukan pengawasan ketat.
Sebab, peternak masih trauma dengan virus ASF yang mematikan usaha peternak babi di Bali.
Politisi Golkar asal Buleleng ini mengatakan, selain menolak masuknya bibit ternak babi ke Bali, DPRD Bali juga sepakat dengan PHMI Bali menolak masuknya daging 'sampah' ke Bali.
Sebab, daging yang dikirim dari luar Bali belum bisa dijamin apakah sehat, bebas dari virus atau tidak.
Hal itu belum diketahui dan jangan sampai ada kejadian terulang beberapa waktu lalu lantaran si pengirim daging mengalami kecelakaan dan diketahui ada daging yang dikirim tidak beres alias tidak sehat.
Kresna Budi mengatakan, saat ini diakui harga daging babi di pasar cukup mahal dan itu wajar dalam hukum dagang.
Menurutnya ketika kebutuhan akan daging babi yang tinggi, persediaan sedikit dan itu wajar menjadikan harga daging mahal.
"Permintaan tinggi, persediaan terbatas harga menjadi mahal itu wajar, biarkanlah peternak babi kita sekali-sekali menikmati untung," pintanya.
Kresna Budi berharap dalam melakukan pengawasan masuknya bibit ternak ke Bali dan daging babi yang tidak sehat, pengawasan ekstra ketat harus dilakukan di setiap pintu masuk Bali.
Seperti halnya di pelabuhan Gilimanuk, pihak kepolisian, pengawasan di pelabihan oleh Bea Cukai harus diperketat jangan sampai membiarkan terjadi penyelundupan daging babi yang tidak sehat masuk ke Bali.
• Soal Usulan Bagi-bagi Bibit Babi Gratis di Bali Karena Langka, PHMI: Lebih Baik BLT untuk Peternak
"Mari kita selamatkan peternak kita di Bali, kita berikan petenak di Bali menikmati untung dan pemerintah harus berperan melakukan pengawasan dan terpenting menyediakan pakan ternak yang murah," ujarnya.
Selama ini, selain terbatasnya masalah bibit, harga pakan ternak babi menjadi kendala.
Seperti halnya pakan ternak yang dibuat dari bahan jagung.
Kalau pemerintah mampu membantu penyediaan lahan untuk penanaman jagung dan mampu diolah di Bali menjadi pakan ternak, dipastikan harga daging akan bisa lebih murah.
Demikian juga halnya bibit ternak babi disarankan, bisa diproduksi oleh peternak di Bali dalam jumlah besar.
Dengan demikian harga bibit bisa lebih murah dan harga jual daging juga bisa lebih murah karena dibarengi dengan ketersediaan pakan ternak yang cukup dengan harga murah pula.
"Kalau saat ini harga daging babi hidup per kg bisa mencapai Rp 40-60 ribu sehingga harga jual daging babi per kg bisa mencapai Rp 100 ribu lebih per kg," pungkasnya sembari menambahkan nanti kita berharap harga daging babi hidup maksimal pada angka Rp 35 ribu.
Di sisi lain, Sekretaris PHMI Bali Putu Ria Wijayanti mengatakan, niat baik pemerintah untuk membagikan bibit gratis kepada peternak masih dipertimbangkan oleh Anggota PHMI Bali.
Sebab, bibit yang diharapkan adalah benar-benar dapat menjamin kesehatan bibit tersebut dan jangan sampai terjangkit oleh virus.
Menurutnya di tengah keterpurukan ekonomi Bali saat ini yang mengandalkan sektor pariwisata, keberadaan peternak babi di Bali mampu bertahan dan ingin menjadi pondasi ekonomi Bali ditengah keterpurukan sektor pariwisata dan tidak bergairah lagi akibat Covid-19.
• Tak Semahal Babi, Harga Daging Sapi di Bali Relatif Stabil
Ria Wijayanti menambahkan, sangat dikhawatirkan oleh peternak babi di Bali yakni, masuknya daging babi dari luar Bali tanpa ada uji lab.
Hal ini juga dikhawatirkan daging babi tanpa dilengkapi uji lab dikhawatrikan membawa virus lagi yang tentunya akan merugikan peternak di Bali.
Dalam kesempatan tersebut pihaknya berharap, kalaupun pemerintah akan memberikan bantuan bibit, hendaknya hanya bibit ternak yang diberikan.
Pemerintah lewat Dinas Peternakan diharapkan semua peternak babi di Bali juga bisa mendapatkan harga pakan ternak yang lebih murah.
Saat ini yang terjadi harga bibit ternak babi mahal dan harga pakan juga mahal.
"Kami harap pemerintah bisa memberikan harga pakan yang lebih murah," pungkasnya. (*)