Berita Gianyar

Bisnis Mobil Bekas di Gianyar Bali Sepi Pembeli, Honda Jazz Bekas Dijual Hanya Rp 85 Juta Nego

Bisnis Mobil Bekas di Gianyar Bali Sepi Pembeli, Honda Jazz Bekas Dijual Hanya Rp 85 Juta Nego

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Eri Gunarta
Jual Beli Mobil Bekas di Gianyar Bali Sepi Pembeli, Honda Jazz Bekas Dijual Hanya Rp 85 Juta Nego 

Jual Beli Mobil Bekas di Gianyar Bali Sepi Pembeli, Honda Jazz Bekas Dijual Hanya Rp 85 Juta Nego

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah memukul telak sektor usaha.

Tak terkecuali bisnis jual beli mobil bekas.

Di Kabupaten Gianyar, Bali, saat ini sebagian besar showroom mobil bekas menjalankan bisnis 'asal jalan'.

Pengusahanya tidak mencari untung banyak.

Informasi yang dihimpun Tribun Bali, Jumat 12 Februari 2021, relatif banyak masyararakat yang menjual mobilnya.

Hal ini bisa dilihat di sejumlah jalanan di Kabupaten Gianyar.

Di sejumlah titik jalan, tampak satu atau dua mobil pribadi yang 'mejeng' di jalanan dengan tulisan 'dijual'.

Harga jual mobil bekas yang dijual secara pribadi itupun lebih murah dari mobil yang dijual di showroom.

Sebab mereka menjual kendaraan dalam kondisi apa adanya.

Terapkan PPKM Skala Mikro Sejak Awal New Normal, Kelurahan Bitera Gianyar Berhasil Tekan Covid-19

Dihantam Pandemi, 60 Hotel di Bali Akan Dijual, PHRI: Orang Punya Uang pun Masih Berpikir

Banyak Hotel di Ubud Bali Belum Laku Dijual, Kadisparda: Fenomena Jual Hotel Sulit Dihindari

Berbeda dengan mobil di showroom yang harga jualnya relatif lebih tinggi.

Sebab sebelum dijual ke pembeli, mereka harus melakukan sejumlah perbaikan terhadap mobil yang dijual.

Mulai dari perawatan mesin hingga membersihkan secara detail kondisi mobil.

Paling tidak perlu biaya sekitar Rp 3,5 juta untuk melakukan perawatan dan memastikan kodisi mobil.

Seorang pegawai jual beli mobil bekas di Gianyar, I Dewa Kadek Armawa membenarkan hal tersebut.

Saat ini, dia memiliki sejumlah unit mobil yang dijual.

Mulai dari Honda Jazz tahun 2007 dibanderol Rp 85 juta masih bisa nego.

Daihatsu Taruna tahun 2002 Rp 63 nego; Suzuki Carry 1.0 tahun 2001 Rp 45 juta nego; hingga Jimmy 1990; Rp 32 juta nego.

"Untung tidak banyak, karena dari total harga itu sudah termasuk perawan dan pembersihan secara detail sehingga kondisi cat tampak seperti baru. Di tempat kami sangat mengandalkan kualitas," ujarnya saat ditemui di Puspa Asih Harta Guna Motor, By Pass Dharma Giri, Gianyar.

Hotel Bintang 5 Banting Setir Jualan Nasi Bungkus
Sektor usaha yang juga terkoyak akibat pandemi Covid-19 adalah industri akomodasi dan perhotelan.

Tak hanya di Bali atau Indonesia, sektor perhotelan di sejumlah negara juga terdampak, salah satunya Malaysia. 

Karena tak sanggup lagi beroperasi karena tak ada tamu yang menginap, sebuah hotel bintang 5 di Melaka, Malaysia kini banting setir dengan jualan nasi bungkus.

Hotel bintang 5 itupun kini bak pedagang kaki lima.

Dilansir dari Kantor berita Malaysia Bernama, per porsi nasi bungkus dijual dengan harga cuma 2 ringgit atau Rp 7.000.

Nasi bungkus yang dijual Hatten Hotel di Melaka, Malaysia, berharga Rp 7.000 per porsi. Hidangan bernama nasi bajet ini dijual oleh hotel bintang 5 tersebut untuk membantu keuangan yang anjlok akibat Movement Control Order (MCO), semacam PSBB di Indonesia. - Tak Ada Tamu Karena Pandemi, Hotel Bintang 5 Ini Memilih Jualan Nasi Bungkus, Seporsi Cuma Rp 7 Ribu
Nasi bungkus yang dijual Hatten Hotel di Melaka, Malaysia, berharga Rp 7.000 per porsi. Hidangan bernama nasi bajet ini dijual oleh hotel bintang 5 tersebut untuk membantu keuangan yang anjlok akibat Movement Control Order (MCO), semacam PSBB di Indonesia. - Tak Ada Tamu Karena Pandemi, Hotel Bintang 5 Ini Memilih Jualan Nasi Bungkus, Seporsi Cuma Rp 7 Ribu (FACEBOOK @melakamalacca/Kompas.com)

Dilaporkan, Hatten Hotel di Melaka ini adalah yang ketiga melakukannya setelah di Penang dan Terengganu.

Dagangan bernama Nasi Bajet (nasi murah) itu dijajakan demi menambal keuangan yang anjlok saat Movement Control Order (MCO), sejenis PSBB di Indonesia.

Kepala koki Hatten Hotel, Badrol Hisham Mohd Ali, mengatakan bahwa inisiatif ini diambil karena tidak ada tamu yang menginap dan restoran masih tutup.

"Selain mendatangkan pendapatan hotel yang terkena pandemi Covid-19, penjualan nasi bajet juga diharapkan dapat memberikan kegembiraan bagi masyarakat yang terkena imbas pendapatan, untuk mendapatkan makanan dengan harga yang lebih murah."

"Kami mulai menjual nasi bajet ini pada Jumat (5/2/2021) dan tanggapan yang diterima sangat menggembirakan, sekitar 500 orang datang setiap hari," terangnya kepada Bernama, Selasa 8 Februari 2021.

Badrol Hisham juga mengatakan, hidangan yang disajikan antara lain nasi putih dengan potongan ayam atau ikan serta beberapa sayuran.

"Ada juga lauk lainnya seperti ayam madu, ayam percik, dan kukis, tapi dijual terpisah."

"Kami menawarkan menu yang berbeda setiap hari sehingga pelanggan dapat menikmati hidangan yang bermacam-macam dan tidak pernah bosan dengan lauk yang sama setiap hari," lanjutnya.

Sang koki pun berujar, mereka buka mulai pukul 12 siang sampai 8 malam setiap hari.

Ia mengungkapkan, Hatten Hotel akan tetap berjualan nasi bajet setiap hari selama sebulan, dan tindakan selanjutnya akan diputuskan menyesuaikan perkembangan MCO.

Seorang pelanggan yang menyebut namanya Azlin (22) mengaku sangat senang dengan adanya nasi bajet, karena pekerjaannya sebagai pramuniaga di toko dekat hotel membuat bujet makannya terbatas.

"Karena Banda Hilir adalah area fokus publik, kebanyakan restoran menjual makanan dengan harga agak mahal."

"Oleh karena itu nasi bajet ini menolong saya mendapat makanan enak dengan harga lebih murah."

"Meski saya harus mengantre sekitar 30 menit, saya rasa sepadan dengan harga yang ditawarkan," pungkasnya (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved