Human Interest Story

Kisah Tumpek Landep Dirangkai dengan Mamitang, Pembuatannya Berawal dari Mimpi Memegang Keris Hitam

AA Ngurah Mahendra Putra dari Kerobokan Badung menuturkan, ia membuat keris digunakan untuk ngayah.

Tribun Bali/Rizal Fanany
Pande Putu Yuga Wardiana melakukan persembahyangan Tumpek Landep di Pande Keris Urip Wesi Tapa Karya di Gang Pacar, Jalan Ratna, Denpasar, Sabtu 13 Februari 2021. Hari Raya Tumpek Landep yang biasa disebut sebagai otonan besi diperingati setiap enam bulan sekali tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Landep. Pada saat hari raya ini, segala bentuk peralatan yang terbuat dari besi seperti keris, tombak, pisau, hingga barang elektronik dan kendaraan bermotor juga turut diupacarai - Kisah Tumpek Landep Dirangkai dengan Mamitang, Pembuatannya Berawal dari Mimpi Memegang Keris Hitam 

Dan bertepatan dengan Tumpek Landep ini, keris tersebut diambil oleh Ngurah.

Ngurah mengatakan, keris yang dibuatnya tersebut adalah keris pedang.

Dimana satu sisinya tajam, dan sisi lainnya tumpul.

Sementara itu, Sang Mpu Keris, Pande Putu Yuga Wardiana mengatakan, dalam pembuatan keris khusus, dia jarang ditarget.

Bahkan yang paling lama, pembuatan satu keris memakan waktu 1,5 tahun.

Setiap keris yang dibuat olehnya juga dilengkapi dengan lontar sebagai sebuah sertifikat.

“Dalam lontar ini berisi tentang petunjuk atau asal-usul keris yang dibuat. Mulai dari kapan dibuat, bahannya dari apa, untuk apa. Sehingga ke depan generasi penerusnya tidak bingung. Jangan sampai, keris yang disungsung (disakralkan) malah digunakan sebagai aksesoris,” katanya.

Pande Putu Yuga Wardiana mengatakan pada pelaksanaan Tumpek Landep kali ini, dirinya mamitang sebanyak 9 keris.

Sebelum proses mamitang keris ini dilakukan, terlebih dahulu digelar upacara piodalan di prapen atau tempat pembuatan keris.

Setelah odalan tersebut selesai barulah dilaksanakan prosesi mamitang keris. Masyarakat yang memesan keris datang ke rumahnya untuk mengambil keris tersebut.

“Prosesi mamitang keris itu dimulai menghaturkan segehan, lalu dilanjutkan dengan ritual khusus mulai dari pembersihan hingga pasupati,” katanya.

Ia mengatakan, saat akan membuat keris diawali dengan mapiuning (mohon izin) ke hadapan Bhatara Brahma Gati.

Selanjutnya dalam pembuatan keris pasti ada campur tangan si pembuat sehingga dianggap belum bersih.

Oleh karena itu, sebelum diambil dilakukanlah prosesi pembersihan dengan nama mamitang keris ini.

“Dan saat Tumpek Landep inilah dilakukan pembersihan, dihaturkan banten pasupati juga agar bagus sekala niskala, dan terakhir juga ngaturang suksma (ucapan terima kasih) karena keris ini bisa selesai,” katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved