Berita Bali
Kondom Gerigi Rp 350 Ribu, Seks Doll Rp 4 Juta, Begini Kisah Pedagang Sex Toys di Bali Saat Pandemi
“Kalau sebelum pandemi bisa dapat 50 juta per bulan,” kata salah satu pedagang sex toys yang membuka toko di seputaran Kota Denpasar
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Komang Agus Ruspawan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Sebagai daerah pariwisata, penjualan sex toys di Bali termasuk tinggi.
Dari harganya yang termurah, seperti kondom gerigi Rp 350 ribu, hingga yang termahal sex doll seharga Rp 4 juta ada dijual.
Sebelum pandemi, para pedagang pun bisa meraup untung besar.
“Kalau sebelum pandemi bisa dapat 50 juta per bulan,” kata salah satu pedagang sex toys yang membuka toko di seputaran Kota Denpasar, Selasa 16 Februari 2021.
Lalu bagaimana saat pandemi Covid-19 melanda dunia, dan menghantam dunia pariwisata Bali?
Kepada Tribun-Bali.com, salah satu pedagang sex toys yang di Kota Denpasar yang tidak ingin disebutkan namanya berkisah bagaimana dia sebelumnya bisa merasakan keuntungan besar, kini harus merasakan pahitnya terdampak pandemi.
Ia mengaku selama pandemi Covid-19 ini penjualannya menurun drastis baik di Bali maupun di Jakarta.
"Ya, mau bagaimana lagi kondisi seperti ini," katanya dengan nada pasrah.
Baca Juga: UPDATE - Kasus Pembunuhan di Homestay Panjer Denpasar, Pelaku Naik Pitam Saat Korban Berteriak
Baca Juga: Berawal dari Pesan MiChat, Ini Sejumlah Fakta Baru terkait Pembunuhan Perempuan di Homestay Denpasar
Menurutnya, pendapatan Bali memang pada pariwisatanya. Dikarenakan wisatawan domestik maupun luar negeri sudah tidak ada, jadi ia hanya mengandalkan penjualan pada masyarakat lokal.
"Yang beli kebanyakan bule, dari luar, mereka senang kalau di Bali itu ada toko seperti ini. Lokal jarang, kalaupun ada biasanya lokal yang pasangannya bule,” ujarnya.
Dikatakan, pembeli sex toys kebanyakan perempuan. Peminatnya orang dewasa, rata-rata umur 40-an.
“Yang masih muda ada, cuman untuk kado, untuk becandaan sama teman-teman saja. Kalau anak kecil yang beli sudah pasti saya larang," tambahnya.
Selama pandemi, penjualannya dalam sebulan hanya Rp 4 juta. Itupun hitungan yang kotor.