Korea Utara
Jaksa Amerika Serikat Dakwa 3 Intel Korea Utara Mencuri Uang Rp 18,2 Triliun
Mereka bertiga pun dituduh terlibat dalam aksi serangan dunia maya Wannacry 2017 yang melumpuhkan sistem komputer layanan kesehatan Inggris.
TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON DC - Jaksa Amerika Serikat ( AS) mendakwa tiga pria yang bekerja untuk badan intelijen militer Korea Utara atas kejahatan pencurian dan pemerasan dari bank dan bisnis di seluruh dunia.
Nilai uang dicuri dan diperas lebih dari 1,3 miliar dolar AS atau kira-kira Rp 18,2 triliun.
BBC pada Kamis 18 Februari 2021 melaporkan, ketiga warga negara Korea Utara tersebut juga dituduh menyebarkan program cryptocurrency berbahaya.
Baca juga: Hacker Korea Utara Bikin Geger Lagi, Retas Vaksin dan Curi Uang Triliunan Rupiah
Baca juga: Hati-Hati, Hacker Bisa Menyusup Lewat Kiriman Gambar di WhatsApp
Mereka bertiga pun dituduh terlibat dalam aksi serangan dunia maya Wannacry 2017, yang melumpuhkan sistem komputer layanan kesehatan Inggris secara nasional.
Menarik pernyataan Asisten Jaksa Agung untuk Keamanan Nasional, John Demers saat mengumumkan dakwaan tersebut.
Demers mengatakan Korea Utara telah menjadi sindikat kriminal dengan bendera (negara).
Seorang di antara ketiga terdakwa bernama Park Jin Hyok, yang sebelumnya didakwa 2 tahun lalu atas perannya dalam peretasan Sony Entertainment Pictures tahun 2014.
Dua orang lainnya yaitu Jon Chang Hyok dan Kim Il dituduh melakukan konspirasi kriminal untuk melakukan penipuan bisnis telekomunikasi dan penipuan bank.
Departemen Kehakiman (DOJ) AS mengatakan para terdakwa bekerja untuk Biro Umum Pengintaian atau badan intelijen militer Korea Utara.
"Operator Korea Utara, menggunakan keyboard dan bukan senjata, mencuri dompet digital cryptocurrency, alih-alih mencuri dengan karung uang tunai. Mereka adalah perampok bank terkemuka di dunia," kata Demers.
Ketiga pria itu diyakini berada di negara yang dipimpin Kim Jonh Un tersebut, yang tidak mengekstradisi warganya untuk menghadapi dakwaan AS.
Pria Kanada-Amerika, Ghaleb Alaumary (37 tahun), dari Mississauga, Ontario, dituduh sebagai pencucian uang kelompok itu dalam kasus terpisah yang diumumkan pada Rabu 17 Februari 2021.
Para pejabat mengatakan dia mau mengaku bersalah atas tuduhan tersebut.
Gara-gara Film Satir
Film Sony Entertainment Picture pada tahun 2014 berjudul The Interview diyakini secara luas sebagai motif awal penyerangan terhadap perusahaan film tersebut.