Berita Bali
Komentari Kebijakan Isolasi untuk OTG di Bali, Dewan Sebut Karantina di Hotel Justru Bikin Stres
Komentari Kebijakan Isolasi untuk OTG di Bali, Dewan Sebut Karantina di Hotel Justru Bikin Stres
Penulis: Ragil Armando | Editor: Widyartha Suryawan
Sebab ada beberapa keluarga yang tidak memiliki fasilitas kamar untuk karantina mandiri bagi anggota keluarganya yang terpapar Covid-19.
“Pengawasannya memang menjadi kendala kalau ada keluarga yang tidak mempunyai kamar tidur sendiri,” katanya.
Itulah sebabnya, Rawan meminta agar Pemprov Bali tetap siapkan anggaran bagi masyarakat yang sedang menjalani karantina mandiri di rumah berupa bantuan seperti obat-obatan, vitamin atau sembako kepada keluarga pasien.
“Otomatis kan ada jenjangnya itu, baik dari pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Kalau nggak mampu di tingkat II otomatis provinsi kan harus peduli, kalau memang mereka tidak buat,” tegasnya.
“Kan kalau sewa hotel lebih mahal, jadi anggaran sewa hotel kan bisa dibawa untuk pemberian vitamin dan obat daripada kita sewa hotel,” demikian Wayan Rawan Atmaja.
Seperti diwartakan Tribun Bali sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr I Ketut Suarjaya menilai, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro belum mampu menekan laju kasus virus Covid-19, khususnya di Bali.

Dia menjelaskan, dalam satu pekan PPKM diterapkan, kasus Covid-19 masih fluktuatif atau naik turun.
“Ini masih naik turun (kasus penyebaran virus Covid-19 di Bali), belum begitu kelihatan ini apa namanya dampaknya,” katanya, Jumat (19/2).
Suarjaya mengatakan, saat ini positivity rate Bali menyentuh angka hingga 30.
Sementara ata-rata tingkat okupansi tempat tidur di ruang isolasi RS rujukan Covid-19 mencapai 60 persen. Bahkan, rata-rata okupansi ruang ICU sudah di angka 70 persen.
Intinya, ia menegaskan, kunci sukses menekan laju pertumbuhan kasus Covid-19 adalah displin menjalankan protokol kesehatan.
“Di mana-mana sekarang kuncinya disiplin," tuturnya. (*)