Di Sela Bertugas, Anggota TNI Kodam IX/Udayana Pelajari Kerajinan Tenun Kain Adat Khas NTT
Melihat keindahan kerajinan tangan berupa kain tenun khas Nusa Tenggara Timur, Anggota TNI AD jajaran Kodam IX/Udayana yang bertugas di Satgas Yonarme
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, BALI - Melihat keindahan kerajinan tangan berupa kain tenun khas Nusa Tenggara Timur, Anggota TNI AD jajaran Kodam IX/Udayana yang bertugas di Satgas Yonarmed 3/105 Tarik tergerak untuk mempelajari cara menenun kain adat tersebut.
Satgas Pos Manusasi mendatangi langsung para pengerajin tenun lokal di Desa Manusasi, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, belum lama ini.
Memang, di balik keindahan alam kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat kerajinan tangan khas yang tidak kalah indahnya.
Baca juga: Anggota DPRD Tabanan Ini Menyambut Baik Penggunaan Kain Tenun Endek Bali, Support Perajin Lokal
Baca juga: Penjualan Kain Endek di Pasar Seni Semarapura Klungkung Anjlok hingga 75 Persen Selama Pandemi
Baca juga: Sedana Arta Usulkan Endek Bali Bisa Masuk Dalam Ekstra Kurikuler di Sekolah
Kerajinan tangan yang dibuat oleh tangan-tangan para pengerajin lokal NTT ini sangat unik dan juga bernilai estetis.
Salah satu kerajinan tangan khas NTT adalah tenun kain adat.
Jenis kerajinan yang satu ini mempunyai berbagai macam istilah penyebutan, tergantung pada corak, motif dan simbol khas daerah masing-masing.
Semisal di daerah Flores Timur istilah Kain Adat disebut Kwatek.
Baca juga: Lewat Pertemuan Virtual, Gubernur Koster Resmikan Penggunaan Kain Endek Bali Setiap Hari Selasa
Di daerah Manggarai disebut Songket dan di daerah Timor terdapat 2 istilah penyebutan untuk kain adat yakni Tais untuk kain adat perempuan dan Beti untuk kain adat laki-laki.
Dari segi warna kain tenun adat juga memiliki kegunaan tersendiri yaitu kain berwarna ungu untuk upacara kedukaan, hitam untuk upacara adat, merah, hijau, kuning dan warna cerah lainnya untuk acara bersuasana sukacita.
Dansatgas Yonarmed 3/105 Tarik, Letkol Arm Laode Irwan Halim, S.I.P., M.Tr.(Han)., menyampaikan, bahwa kekaguman terhadap keindahan kain adat khas NTT ini membuat personel Satgas terdorong untuk mempelajarinya.
"Kain adat bagi masyarakat NTT dapat menunjukkan suatu status sosial yang tinggi dan umunya teknik menenun ini diajarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi agar generasi berikutnya dapat melestarikannya," tutur dia melalui keterangan tertulis kepada Tribun Bali, Rabu 24 Februari 2021.
Perlu diketahui juga bahwa tidak seluruh masyarakat bisa membuat kain tenun. Hal tersebut karena tingkat kesulitan dan kerumitan menenun kain adat yang tinggi.
Semakin rumit motif yang digunakan dalam menenun kain adat maka akan semakin indah pula dan tentu akan memakan waktu yang semakin lama.
"Bila kita melihat di toko-toko suvenir NTT kerajinan tenun kain adat ini paling banyak menarik minat para wisatawan hingga ke mancanegara," paparnya.