Serba serbi
Roh Leluhur dan Para Dewa Turun ke Bumi, Ini Makna Purnama dalam Lontar Sundarigama
Hari ini, Jumat 26 Februari 2021 bertepatan dengan Purnama Kesanga. Dalam Hindu Bali, Purnama adalah satu di antara hari suci dan rahinan jagat.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hari ini, Jumat 26 Februari 2021 bertepatan dengan Purnama Kesanga.
Dalam Hindu Bali, Purnama adalah satu di antara hari suci dan rahinan jagat.
Selain Tilem dan Kajeng Kliwon.
Sebab Purnama masuk dalam waktu sakral atau hari suci yang dihitung menurut perhitungan terbit dan tenggelamnya bulan.
Dalam Alih Aksara, Alih Bahasa dan Kajian Lontar Sundarigama oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Baca juga: Abrasi di Pantai Kuta Semakin Parah, Air Pasang Saat Purnama Menggerus Lahan
Baca juga: Purnama Kawulu Sebelum Saraswati, Makna dan yang Harus Dilakukan Menurut Lontar
Baca juga: Rahina Purnama Dalam Agama Hindu Diyakini Baik untuk Malukat
Purnama adalah waktu terakhir pada paruh terang dan waktu awal dari paroh gelap.
Karena itu, purnama dianggap sebagai waktu sakral.
"Pada saat bulan purnama diyakini bahwa Bhatara Parameswara atau Sanghyang Purusangkara bersama saktinya. Diiringi para dewa dan bidadari serta roh leluhur melakukan yoga," jelas Koordinator Tim Alih Aksara, Alih Bahasa dan Kajian Lontar Sundarigama, I Nyoman Suarka.
Di sisi lain, pada setiap bulan purnama, diyakini Dewa Bulan melakukan yoga.
Karena itu umat Hindu diharapkan membuat persembahan sesuai kemampuan (widi widana sarwa Pawitra sakasidan).
Untuk dipersembahkan kepada para dewa , terutama Dewi Bulan.
Sesajen yang patut dipersembahkan saat bulan purnama adalah penek kuning dengan lauk daging ayam putih siungan panggang.
Prayascita luih dan reresik, serta dilengkapi dengan segehan agung satu tanding.
"Upacara dilakukan di tempat suci untuk umum, yakni pura atau parahyangan," jelasnya.
Pada malam harinya, umat diharapkan melakukan yoga semadi (sedeng ing ratri ayoga samadhi).
Sehingga sangat baik saat Purnama melakukan persembahyangan, serta menghaturkan bebantenan minimal canang sari.
Menurut lontar Sundarigama, bahwa pada saat hari baik tiba dipercaya sebagai hari suci bagi para dewa ataupun roh leluhur turun ke dunia.
Guna menyucikan diri, serta melakukan yoga semadi dan memberi anugerah kepada segenap mahluk hidup yang ada di muka bumi. Agar senantiasa selamat dan sejahtera.
"Karena itu, baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan wajib melakukan balas Budi atau mengucapkan terima kasih atas kebaikan para dewa dengan mempersembahkan sesajen sesuai kemampuan," jelas guru besar Unud ini.
Hal inilah yang menyebabkan adanya upacara agama atau yang lazim dikenal sebagai Yadnya menurut umat Hindu Bali. (*)