Serba serbi
Mengenal Sanggah Cucuk, Berikut Pengertian dan Maknanya Dalam Hindu Bali
Dalam banten atau upakara, umat Hindu di Bali kerap menggunakan berbagai sarana dan alat. Satu di antaranya adalah sanggah cucuk.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Sedangkan kata 'cucuk' dianalogkan dengan kata pamucuk yang arahnya menghadap ke atas sebagai simbol cakrawala (akasa) atau angkasa.
"Kedua hal ini berfilsafatkan 'rwa bhineda' dua yang berbeda yaitu ada atas dan bawah, ada baik dan jahat, kuat dan lemah, bapak dan ibu dan seterusnya," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, Ibu Pertiwi atau bumi adalah lambang ibu dan akasa adalah lambang bapak.
Sanggah cucuk terdiri dari dua bagian yaitu bagian bawah sebagai penopang, yang terbuat dari satu bambu lurus sebagai simbol juga Sang Hyang Tunggal yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Tuhan itu sendiri dengan manifestasi Sang Hyang Ibu Pertiwi.
Lalu pada bagian atas untuk tempat sesajennya berbentuk anyaman bambu, terdiri dari tiga buah anyaman bambu yang dalam bahasa Bali disebut 'klatkat' dan dibentuk menjadi segitiga yang juga sebagai lambang kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi kesaktian Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu da Iswara.
"Di samping itu dalam Lontar Bame Kertih dan Lontar Aji Gurnita, dikatakan bahwa sanggah cucuk sebagai simbol keseimbangan kekuatan alam dari kekuatan bhuta, kala dan dhurga," sebutnya.
Tangkai sanggah cucuk masuku tunggal sebagai pemurtian kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga dapat menyatukan kekuatan dari Kala Bhucari, Bhuta Bhucari, dan Dhurga Bhucari, sebagai swabhawanya Sang Hyang Sri Bhasundari untuk menetralisir alam semesta dan alam diri manusia.
"Sehingga disebut menyeimbangkan eksistensi bhuana agung dan bhuana alit," imbuhnya.
Hal ini dapat mengubah ketiga kekuatan tersebut menjadi Bhuta Hita, Kala Hita, dan Dhurga Hita.
Berkaitan dengan setiap upacara dan upakara agama Hindu di Bali, selalu menggunakan sanggah cucuk karena mengandung makna dan fungsi yang sangat dalam.
Oleh karena inti kekuatan sanggah cucuk terletak pada fungsinya, sebagai penetralisasi kekuatan negatif agar menjadi kekuatan positif untuk mengagungkan kekuatan di luar kuasa manusia yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan Yang Maha Kuasa.
Hal ini akan membantu untuk sebagai sarana memohon kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya, agar pelaksanaan upacara dan upakara yadnya dapat berjalan lancar atau dalam bahasa Bali 'labda karya sidaning don lan paripurna' yakni semua pekerjaan berjalan lancar dan sempurna.
Pada sanggah cucuk juga disertakan dua ruas bambu kecil, dua buah yang berlubang dan diisi dengan arak/tuak dan brem sebagai simbol aksara suci Ah dan Ang dan di sini juga menggunakan filsafat rwa bhineda.
"Kesimpulannya bahwa sanggah cucuk adalah sebagai sarana untuk memohon anugerah kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dapat menyeimbangkan atau menetralisir kekutan negatif menjadi kekuatan positif sehingga pelaksanaan semua panca Y
yadnya dapat berjalan lancar tanpa ada halangan," katanya. (*)